Traveling saat ini sudah menjadi gaya hidup yang tidak bisa dilewatkan oleh banyak orang. Mulai dari perjalanan jangka panjang sampai yang hanya berdurasi pendek. Dampaknya adalah kunjungan destinasi wisata kian membludak.

Sayangnya, intensitas pengunjung yang tinggi tidak selalu diiringi dengan sikap yang bertanggung jawab. Di tahun 2017, Taman Bunga  Amarylis di Gunung Kidul Yogyakarta, contohnya, mengalami kerusakan yang parah karena perilaku barbar wisatawan yang ingin selfie di area tersebut.

Di tahun yang sama, menurut Balai Besar Taman Nasional Gede Pangrango, hampir 1 ton (912 kg) sampah terkumpul ketika aksi bersih-bersih dilakukan di lokasi pendakian favorit tersebut pada 17 Agustus.

Tentu kita sering mendengar slogan para traveler yang menyebutkan, ‘Jangan ambil apapun selain foto, jangan tinggalkan apapun selain jejak kaki.” Sedihnya, kerap kali dalam rangka mengambil foto ataupun selfie terbaik, wisatawan mengorbankan alam sekitar. Jadilah tempat wisata menjadi korban untuk memuaskan kenarsisan homo sapiens di media sosial.

Sebenarnya perilaku wisatawan seperti ini bukan terjadi sekarang, sebelum era media sosial fenomena ini dikenal sebagai Lonely Planet Effect. Buku panduan traveling yang jadi pegangan banyak orang saat itu menguak tempat-tempat yang layak dikunjungi, termasuk spot yang belum sering disinggahi. Sayangnya, tak jarang setelah dipopulerkan Lonely Planet, kondisi daerah tersebut malah mengalami gangguan seperti sampah atau objek wisata yang rusak.

BACA JUGA: 3 Essential Oil Yang Bisa Bikin Perjalanan Mudik Lebih Nyaman

Menurut Eka Dalanta, konsultan dan fasilitator organisasi lingkungan hidup Alusi Tao Toba mengatakan, sayangnya tidak semua yang melakukan traveling punya kesadaran lingkungan.

“Secara ekonomi memang berdampak positif, beberapa daerah wisata sempat mengalami kerusakan kan? Misalnya tumpukan sampah di Karimun Jawa yang sempat jadi masalah. Tempat wisata yang terlalu populer harus bersiap menghadapi masalah seperti itu,” jelas Eka.

BACA JUGA: Lakukan 3 Hal Ini Agar Tetap Sehat Setelah Landing

Hal senada juga disampaikan oleh Ecie Ana, tour consultant dari Sumatera Wonder Trips. The power of netizen bisa bikin sebuah daerah tenar dalam semalam, meski di sisi lain juga membawa risiko bagi lingkungan daerah tersebut.

Situasi ini memberikan pengaruh baik ke daerah, lonjakan kunjungan membuat pariwisata lokal jadi maju. “Tapi sebaik-baiknya traveling tidak hanya membantu ekonomi masyarakat, terlebih menghormati adat-istiadat masyarakat setempat, dan menjaga kelestarian lingkungan,” tegas Ecie.

Yuk Jadi Traveler Yang Sehat dan Bertanggung Jawab

Anda tentu setuju traveling bukan hanya menghambur-hamburkan uang, tapi penyegaran pikiran dan memperkaya pengalaman. Setelah mendapatkan manfaatnya, alangkah baiknya jika kita juga melakukan bagian kita dengan menjadi traveler yang lebih “sadar”. Berikut beberapa tipsnya:

  1. Sampahmu, Tanggung Jawabmu membuang sampah

Bukan hanya bisa menikmati alam, tapi juga memperhatikan kebersihan lingkungan, minimal tanggung jawab dengan sampah sendiri. Misalnya, kalau Anda mendaki gunung, jangan malas untuk membawa turun sampah. Persiapkan diri dengan membawa kantong plastik besar untuk menyimpan sampah.

Anda mengajak anak-anak ke pantai untuk lebih dekat dengan alam? Bagus! Tapi meninggalkan popok sekali pakai di pinggiran pantai sangatlah tidak pantas, di samping tidak higienis.

Anda juga bisa meminimalisir penggunaan tissue dengan membawa saputangan atau menolak memakai sedotan.

Mau belanja oleh-oleh? Sediakan kantongan sendiri, masukkan ke dalam tas bepergian supaya tidak lupa. Hal-hal sederhana seperti ini bisa sangat membantu mengurangi sampah wisatawan.

  1. Menghormati Budaya Setempat

Jangan karena ingin mengejar foto bagus sampai melanggar adat lokal bahkan sampai merusak alamnya. Ini yang paling sering dilakukan oleh wisatawan, memaksakan sesuatu banget.

Contohnya perempuan yang sedang menstruasi dilarang masuk ke pura di Bali. Memang tidak akan ada pemeriksaan secara langsung, tapi ya mbok jangan dilanggar. Kesadaran nurani sendiri.

  1. Menginap ataupun Makan di Tempat yang Mengusung Green Living

Pernahkah kamu bayangkan seberapa banyak sampah turis di sebuah tempat wisata? Kalau kamu menginap di penginapan ataupun restoran yang mengusung nilai-nilai sustainable, setidaknya kamu bisa mengurangi produksi limbah wisawatan.

Sesederhana menginap di dormitory yang tidak hanya menghemat uang tapi juga energi, baik itu listrik maupun pendingin ruangan.

BACA JUGA: The Longhouse Jimbaran: Berleha-leha Dekat Alam dan Budaya

  1. Merekam dengan Ingatan Bukan Hanya dengan Kameramerekam dengan kamera

Apakah kamu tipe pemburu likes di Instagram yang mementingkan hasil di kamera ketimbang kenangan saat di lokasi? “Sosial media membuat orang-orang menjadi narsis dan merasa keren saat datang ke suatu tempat saat orang-orang belum datang ke sana,” jelas  Agnes Dewanti Purnomowardani, M.Si.

Psikolog yang berpraktik di Rumah Sakit Panti Rapih dan Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Universitas Gadjah Mada ini berpendapat sedikit orang yang menyadari kalau pengalaman yang melekat di ingatan lebih penting ketimbang foto.

Apalagi di era sekarang semua bisa diolah secara digital, tapi apa pengalaman real bisa dipalsukan? Sejatinya menjadi traveler bertanggung jawab juga memberikan kesempatan kepada diri menikmati perjalanan itu sendiri. Bukan sekadar memotret untuk dinikmati melalui ketukan like follower-mu. Setuju?

BACA JUGA: Redakan Stres Bermain Bersama Kucing di Kopi Cat