Peluncuran program pendidikan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Yayasan Segitiga Non Sampah untuk ke-3 kalinya, sukses dilakukan di sekolah-sekolah di Pulau Bangka, Sulawesi Utara.

Program perdana dengan slogan “Sekolah di Tepi Pantai” dimulai pada tahun 2019, di Sekolah Menengah Pertama Lihunu. Program ini dibuat untuk menginspirasi dan mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar.

Tercatat beberapa siswa yang telah menyelesaikan program ini juga ikut serta melakukan pembersihan bersama dengan komunitas lokal dan mendapatkan kualifikasi sebagai penyelam atas kepedulian mereka terhadap laut.

Puja, mengaku terinspirasi untuk menjadi aktivis lingkungan sejak mengkuti program tahun lalu. “Saya ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang ekosistem laut dan saya ingin melindungi lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik, dan mendaur ulang sampah,”ujarnya.

Program ini bertujuan untuk menciptakan model yang dapat diduplikasi dan diterapkan di sekolah-sekolah lain di Sulawesi Utara.

Raiffeisen Capital Management, melalui inisiatif bankirnya Fabio Cappa, mendukung Yayasan Segitiga Non Sampah dengan mendorong pendidikan biologi kelautan di sekolah-sekolah di Pulau Bangka pada tahun 2023/24.

Saat berkunjung ke Pulau Bangka Juli lalu, Fabio Cappa terkesan dengan respons dan fokus Yayasan Segitiga Non Sampah pada pendidikan dan melihat langsung bagaimana program pendidikan ini berjalan.

Siswa belajar tentang berbagai habitat laut yang hidup di depan pintu rumah mereka, termasuk diantaranya hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang.

Pendidikan Lingkungan Untuk Hidup Berkelanjutan

Memahami pentingnya ekosistem dan perannya dalam menjaga keanekaragaman hayati global diharapkan bisa mendorong generasi muda untuk menerapkannya secara nyata dalam aksi sehari-hari dan melakukan pengelolaan sampah yang lebih baik di antara keluarga dan teman-teman mereka.

Rangkaian pembelajaran dimulai di Sekolah Menengah Pertama Lihunu dan Sekolah Dasar Kahuku. Pada 6 Oktober silam, kurang lebih 30 anak mengikuti pendidikan untuk menjadi generasi Duta Laut berikutnya.

lingkungan sulawesi utara Duta Lingkungan

Yayasan saat ini sedang menjajaki sekolah mana yang akan diajarkan berikutnya dengan fokus kepada komunitas desa tempat mereka yang akan memberikan dukungan terhadap pengelolaan limbah secara baik dan benar yang berkelanjutan.

Kepala desa Kahuku, Hesty Sambur menyadari pentingnya menjangkau generasi muda sejak dini. “Mengajarkan anak-anak Kahuku sejak dini tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih dan bebas sampah serta mengenalkan mereka pada habitat laut di sekitarnya agar mereka tidak ketinggalan. Anak-anak kemudian dapat pulang dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari bersama keluarga mereka. Pemerintah Desa dan masyarakat Kahuku sangat berterima kasih atas dedikasi Yayasan Segitiga Non Sampah.”

Dalam 12 bulan terakhir, Yayasan telah meluncurkan layanan pengumpulan sampah di 4 pulau, bekerja sama dengan resor untuk mengumpulkan, mengelola, dan mendaur ulang sampah sebagai bagian dari model ekonomi berkelanjutan.

Jika keberhasilan model pengelolaan sampah ini dapat diandalkan, maka tidak lama lagi kita akan melihat program pendidikan di sekolah-sekolah di seluruh pulau Sulawesi Utara!

BACA JUGA: Alga, Protein Nabati Masa Depan Yang Sustainable?

BACA JUGA: Apa Itu Ekowisata? Definisi, Kelebihan dan Kekurangannya