Apa itu Eco-tourism atau Eco-wisata?

Ekowisata lebih dari sekadar mengunjungi destinasi atau atraksi alami; tapi tentang melakukan wisata dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Istilah ekowisata sendiri mengacu pada perjalanan ke daerah alami dengan fokus pada pelestarian lingkungan.  Tujuannya adalah untuk mendidik wisatawan tentang upaya konservasi sambil menjelajahi alam.

Ekowisata telah mendatangkan daya tarik pada daerah-daerah tujuan yang kaya akan keindahan alam dan satwa seperti Madagaskar, Kenya, Ekuador, dan Kosta Rika, termasuk Indonesia. Pasar ekowisata global dikatakan telah menghasilkan $92,2 miliar pada tahun 2019 dan diperkirakan akan menghasilkan $103,8 miliar pada tahun 2027.

Pengertian Ekowisata

Ketika membicarakan ekowisata, orang sering menyebut seorang konservasionis bernama Hector Ceballos-Lascurain. Sejak 1987 dia telah mendefinisikan istilah ekowisata, yang dipercaya sebagai definisi pertama ekowisata, yaitu “pariwisata yang terdiri dari perjalanan ke daerah alami yang relatif tidak terganggu atau tidak tercemar dengan objek khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan dan tumbuhan dan satwa liarnya, serta setiap manifestasi budaya yang ada (baik dulu maupun sekarang) yang ditemukan di daerah itu.”

Dia juga mengatakan bahwa ekowisata tidak memerlukan infrastruktur atau institusi, tapi soal pendidikan lingkungan, belajar menghargai menikmati dan memberi dampak positif untuk lingkungan.

The International Ecotourism Society (TIES), sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk pengembangan ekowisata sejak tahun 1990, mendefinisikan ekowisata sebagai “perjalanan yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan masyarakat lokal, dan melibatkan interpretasi dan pendidikan (baik staf dan tamunya).”

Memasarkan ekosistem, spesies, atau lanskap sebagai ekowisata membantu menciptakan nilai, dan nilai tersebut dapat membantu mengumpulkan dana untuk melindungi dan melestarikan sumber daya alam tersebut.

Ekowisata berkelanjutan harus dipandu oleh tiga prinsip inti: konservasi, masyarakat, dan pendidikan.

Konservasi

Konservasi bisa dibilang sebagai komponen ekowisata yang paling penting karena konservasi harus dapat menawarkan solusi jangka panjang dan berkelanjutan untuk meningkatkan dan melindungi keanekaragaman hayati dan alam.

Hal ini biasanya dicapai melalui insentif ekonomi yang dibayarkan oleh wisatawan yang mencari pengalaman wisata alam, tetapi juga dapat berasal dari organisasi pariwisata itu sendiri, penelitian, atau upaya pelestarian lingkungan langsung.

Mendukung Masyarakat Lokal

Ekowisata harus mendukung kesejahteraan masyarakat lokal. Ia bisa meningkatkan kesempatan kerja dan memberdayakan masyarakat lokal, membantu memerangi masalah sosial global seperti kemiskinan dan mencapai pembangunan berkelanjutan.

Pendidikan

Salah satu aspek yang paling diabaikan dari ekowisata adalah komponen pendidikan. Ya tentu saja kita semua ingin melihat tempat indah dan alami ini, tetapi di balik perjalanan ini juga ada pelajaran tentang isu-isu lingkungan untuk mempromosikan pemahaman dan memberikan apresiasi yang lebih besar terhadap alam. Soal pendidikan lingkungan ini bisa dibilang sama pentingnya dengan konservasi.

Pro dan Kontra Ekowisata

Sebagai salah satu sektor industri pariwisata yang tumbuh paling cepat, ekowisata juga punya beberapa kelemahan. Setiap kali manusia berinteraksi dengan hewan atau lingkungan artinya ada peningkatan risiko kemungkinan konflik manusia-satwa liar atau efek negatif lainnya. Meski begitu, jika dilakukan dengan rasa hormat dan tanggung jawab, ekowisata tetap dapat memberikan manfaat bagi kawasan lindung.

Sebagai industri yang harus menarik minat pelanggan, ekowisata juga berpotensi untuk disalahgunakan demi keuntungan ekonomi dan tak terelakkan bisa dijadikan sebagai wadah seksi untuk greenwashing.

Ada 3 karakteristik ekowisata yaitu: berbasis alam, pendidikan lingkungan, dan dikelola secara berkelanjutan. Jadi, sebelum kita melakukan perjalanan ekowisata, hendaknya kita meneliti apa tiga karakteristik itu terpenuhi, apa benar organisasi yang menawarkan program ini benar-benar memberi manfaat bagi lingkungan bukan mengeksploitasinya.

Manfaat Ekowisata bagi Masyarakat Lokal

Ekowisata yang dikelola secara berkelanjutan dapat berperan pada pengentasan kemiskinan. Salah satuya dengan cara menyediakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal. Mereka dapat menjadi tour guide atau pekerjaan lain selain pekerjaan yang tidak berkelanjutan seperti perburuan atau penebangan liar.

Penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa masyarakat di daerah sekitar kawasan konservasi di Kosta Rika memiliki tingkat kemiskinan 16% lebih rendah daripada di daerah yang jauh dari taman lindung. Ekowisata tidak hanya membantu kawasan lindung  mendapat manfaat dari dana konservasi, tapi juga mengurangi kemiskinan masyarakatnya.

Ekowisata Melindungi Ekosistem Alami

Ecotourism menawarkan pengalaman perjalanan unik yang berfokus pada alam dan pendidikan, dengan penekanan pada keberlanjutan dan menyoroti spesies yang terancam atau hampir punah.

Konsep wisata ini menggabungkan konservasi, kesejahteraan masyarakat lokal, dan perjalanan berkelanjutan. Maka ekowisata dapat bermanfaat baik bagi pelancong maupun lingkungan, karena uang yang masuk sering kali langsung digunakan untuk melindungi kawasan alami yang mereka kunjungi.

OrangUtan Malaysia

Setiap tahun, para peneliti merilis temuan tentang bagaimana kehadiran wisatawan mempengaruhi satwa liar. Ada sebuah studi menarik yang mengukur kadar hormon stres kortisol pada orangutan Malaysia yang terhabituasi di alam liar. Studi menemukan kalau hewan-hewan tersebut ternyata tidak mengalami stres kronis akibat kehadiran ekowisata.

Studi ini dilakukan pada Orangutan yang tinggal di Suaka Margasatwa Kinabatangan Bawah. Di sana ada sebuah organisasi yang dikelola masyarakat setempat yang beroperasi dengan mempertahankan pedoman ketat untuk melindungi Orangutan. Jadi selama dilakukan dengan benar, ekowisata terbilang aman untuk satwa.

Ekowisata Bisa Membantu, Bisa Juga Merusak 

Di sisi lain, ironisnya, ekowisata bisa membantu tapi juga bisa merusak ekosistem.

Studi lain dalam jurnal Trends in Ecology and Evolution menemukan bahwa ekowisata dapat mengubah perilaku hewan dengan cara yang membahayakan mereka. Jika kehadiran manusia mengubah cara hewan berperilaku, perubahan itu dapat membuat satwa lebih rentan dan memengaruhi reaksi mereka terhadap pemangsa atau pemburu liar.

Hewan bukan satu-satunya yang terancam. Ketika ekowisata menjadi terlalu populer, hal itu biasanya diikuti dengan pembangunan infrastruktur seperti jalan dan akomodasi untuk menampung lebih banyak pengunjung. Lalu satu hal akan berdampak pada hal berikutnya. Lebih banyak orang berarti lebih banyak pula tekanan pada sumber daya lokal,  pada peningkatan polusi, serta peningkatan kerusakan tanah dan tanaman melalui erosi.

Di sisi sosial, kegiatan ini dapat menggusur kelompok adati atau masyarakat lokal asli dari tanah asal mereka. Sungguh ironis bagaimana pariwisata di daerah mereka meningkat, tapi mereka malah tidak mendapat keuntungan ekonominya.

Mengalami Alam Lewat Ekowisata

Konservasionis Jane Goodall pernah mengungkapkan pemikirannya yang kini menjadi kutipan terkenal, yaitu “Hanya jika kita mengerti, kita akan peduli. Hanya jika kita peduli, kita akan membantu. Hanya jika kita membantu, semua akan diselamatkan.”

Konservasionis Jane Goodall
Konservasionis Jane Goodall

Mungkin sulit untuk memahami sesuatu yang belum pernah kita lihat dengan mata kepala sendiri. Ekowisata memberikan kesempatan ini kepada wisatawan untuk mengalami alam sambil belajar tentang masalah-masalah yang dihadapinya.

Ekowisata juga bagus untuk mendidik anak-anak tentang alam dan bisa jadi jalan yang diharapkan bisa menciptakan generasi baru pecinta alam yang kelak bisa menjadi pelestari lingkungan, lebih baik daripada generasi sebelum mereka.

BACA JUGA: The Last Tourist, Film Yang Bakal Bikin Kamu Memaknai Perjalanan Secara Berbeda