Apakah Tisu Basah Berbahaya Untuk Lingkungan?

Kalau kamu termasuk orang yang senang menggunakan tisu basah, ada baiknya kebiasaan ini kamu pikir ulang lagi. Ya, memang tisu basah bisa membantu kamu membersihkan kotoran lebih mudah, tetapi setelahnya sampah tisu basah akan menyisakan kotoran baru yang justru lebih susah diurai alam. Dan selama ada air, baiknya gunakan air saja.

Untungnya penggunaan tisu basah juga sudah mulai diatur, contohnya saja di pendakian gunung. Heri Koesnadi, Koordinator Backpacker Indonesia, Jabodetabek menjelaska hal ini. “Penggunaan tisu basah sudah dilarang di beberapa pendakian gunung karena mengandung bahan kimia sehingga sulit terurai,” katanya. Heri juga menjelaskan beberapa gunung yang sudah menetapkan pelarangan tisu basah adalah Gunung Gede, Semeru, Ciremai. Bahkan sebenarnya penggunaan shampoo dan sabun juga dilarang di pendakian gunung.

Terkait dengan tisu basah, pada tahun 2015, situs yang cukup intens membahas isu kesehatan The Guardian menyebut kalau tisu basah adalah penjahat terbesar dalam kesehatan lingkungan. Hampir semua orang menggunakan tisu basah secara jamak dan tidak benar-benar menyadari kerusakan yang disumbangkannya untuk lingkungan.

BACA JUGA: Beeswax Wrap, Pembungkus Makanan Ramah Lingkungan

Banyak orang dewasa menyimpan tisu basah yang dianggap mampu membersihkan lebih baik ketimbang tisu toilet biasa. Ini termasuk wisatawan yang menyimpan tisu basah di dalam tas untuk membersihkan tangan dan kebutuhan lain yang sebenarnya bisa dengan air atau lap basah. Ketergantungan akan tisu basah mungkin paling dialami oleh orangtua yang memiliki bayi. Rasanya tisu basah jadi barang wajib di dalam tas popok, mungkin masih bisa dimengerti. Namun banyak pula orangtua yang tetap menggunakan tisu basah di rumah karena lebih mudah.

Tisu Basah, Salah Satu Penyumbang Mikroplastik 

Menurut data yang diungkapkan oleh The National Ocean Service, plastik memang jenis puing laut yang paling umum ditemukan di laut, namun tisu basah juga merupakan penyumbang terbesar mikroplastik di perairan.

Tidak hanya menyebabkan tumpukan sampah, mikropastik dari tisu basah juga secara teratur dicerna oleh organisme laut yang pada akhirnya mungkin dikonsumsi oleh manusia.

Penelitian tahun 2015 yang dilakukan oleh University of California menemukan bahwa sebagian besar ikan di pasar ikan di California dan Indonesia mengandung puing-puing berbahan plastik atau berserat.

Selain memiliki limbah yang sulit terurai, Indonesia hanya memiliki sedikit tempat pembuangan akhir, pengumpulan limbah atau daur ulang, sehingga limbah sampah kerap dilemparkan ke ke laut yang pada akhirnya menjadi konsumsi oleh makhluk air.

Tisu Basah Ternyata Tidak Seefektif Itu, lho

Selain dampak lingkungan, tahukah kamu kalau ternyata penggunaan tisu basah juga dinilai tidak aman dan bisa menyebabkan iritasi pada kulit karena kandungan bahan kimia yang ada di dalamnya.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan Michael Mosley dan tim biologi medisnya dalam acara Trust Me, I am Doctor, membersihkan meja ataupun sesuatu yang kotor dengan tisu basah justru membuatnya lebih rentan terhadap perkembangbiakan bakteri. Penggunaan tisu basah hanya memindahkan bakteri dari satu tempat ke tempat lain! Kesimpulannya, menggunakan spons basah justru lebih efektif ketimbang tisu basah.

Jadi kesimpulannya, kalau kamu perlu membersihkan sesuatu, selama ada air, baiknya ya gunakan saja air atau lap basah. Tidak ada sampah!

BACA JUGA: Jangan Biarkan Indonesia Jadi Raja Sampah Plastik