Masalah Sampah, Masalah Kita

Kepedulian akan masalah sampah yang semakin parah di Indonesia membuat banyak orang tergerak untuk melakukan aksi nyata untuk turut mengurangi sampah, salah satunya adalah membuat kompos.

Dengan mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos artinya kita tidak turut menyumbang sampah ke Tempat Pembuangan Sampah yang sudah berbeban berat, mungkin lebih daripada seharusnya.

Bagaimana tidak, sampah penduduk Jakarta saja, menurut Waste4Change, jumlahnya lebih dari 7,100 ton setiap harinya.

Jika dikumpulkan dalam 2 hari berturut-turut, tumpukan sampah yang berakhir di TPST Bantar Gebang diperkirakan setinggi dan seluas candi Borobudur!

Meski sudah tergerak ingin membuat kompos, banyak orang yang tidak terlalu yakin darimana memulainya, bagaimana cara membuatnya, dan ingin punya tempat bertanya yang bisa dipercaya.

“Belajar Membuat Kompos”

Untuk itu Paprika Living mengadakan workshop “Belajar Membuat Kompos” dengan menghadirkan Artomo Arsiono, pendiri Akademi Kompos yang juga penerima Kalpataru,  di Warung Kebunku, Jl. Langsat, Jakarta Selatan.

Tidak serta merta langsung masuk ke cara pembuatan kompos, pada workshop ini Artomo ingin peserta mengerti kenapa kita perlu membuat kompos, yaitu sebagai mitigasi (upaya untuk mengurangi resiko bencana) perubahan iklim.

“Dampak dari perubahan iklim sudah kita rasakan, yaitu gempa, tanah longsor, kekeringan, banjir, puting beliung. Tapi, kita masih di tahap belum aware akan itu semua,” ujar Artomo.

Perubahan iklim terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan Efek Rumah kaca (Green House Effect).

Baca juga: Apa Hubungan Kompos dan Perubahan Iklim?

Pak Artomo, Pendiri Akademi Kompos

Selain mengurangi karbondioksida dari pabrik, pembakaran sampah, asap kendaraan, pembuatan kompos juga disarankan karena sampah juga berperan di dalam menyumbang emisi gas rumah kaca (GRK).

Sampah atau limbah rumah tangga menyumbang 70 persen dari seluruh sampah yang ada di TPA.

“Kompos adalah pupuk dari dekomposisi sampah organik secara biologis dengan cara menggunakan mikroba. Mikroba itu jamur, bakteri,” ungkapnya.

Artomo menambahkan, bahwa bakteri yang bisa memperlancar proses pembuatan kompos bisa didapat dari sisa makanan yang akrab kita temui di dapur.

“Bakteri banyak ada di kulit bawang merah. Maka itu hasil kupasan bawang merah, jangan dibuang, dia bisa mempercepat proses kompos.”

Membuat Kompos itu Mudah!

Dalam pembuatan kompos, ada aturan yang harus diingat, yaitu keseimbangan antara campuran sampah hijau dan sampah kering.

“Sampah tidak boleh terlalu basah, juga tidak terlalu kering. Sampah harus lembap,” pesannya.

Setelah kompos jadi, ia akan menjadi pupuk organik yang jauh lebih bersahabat dibanding pupuk kimia.

“Dia akan memecah mikro organisme dan berkembang biak. Mikro organisme dalam pupuk kompos inilah yang merupakan mata rantai paling awal dari makanan.

Keberadaannya menarik mikro organisme lain dan membuat ekosistem atau keanekaragaman hayati.

Jadi dengan membuat kompos atau menggunakan kompos, artinya kita membuat ekosistem di bumi ini sangat subur,” terang Artomo.

“Membuat kompos itu mudah. Tidak usah berpikir ini akan jadi kompos atau tidak dulu.

Buang saja semua sampah organik ke komposter, anggap saja komposter itu tempat sampah. Perlahan dia akan menjadi kompos,” jelasnya.

peserta workshop kompos
Para peserta workshop kompos
Macam-macam komposter sesuai kebutuhan untuk dibawa pulang peserta

Untuk membuat kompos, Anda memerlukan komposter yang ukurannya sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu, Anda bisa langsung mulai. Begini tahapannya:

  1. Masukkan sampah organik ke dalam komposter
  2. Setiap kali Anda menaruh sampah ke dalam komposter, semprotkan bioaktivator.
  3. Tutup kondisi komposter harus tertutup rapat.
  4. Jika drum komposter telah jenuh (sampah tak lagi menyusut), tekan sampah dengan kayu atau sejenisnya.
  5. Sampah akan menjadi kompos dalam waktu yaitu 6-8 minggu
  6. Selama proses penguraian, kompos akan menghasilkan cairan. Cairan ini harus dikeluarkan untuk menjaga agar tetap lembap. Cairan itu adalah pupuk cair, yang bisa Anda gunakan untuk tanaman di kebun Anda, sehingga tidak ada yang terbuang.

Selamat Mencoba!