Tahukah kamu, menurut teori sound healing, frekuensi musik yang selama ini kita dengar tidak baik untuk keseimbangan fisik dan mental?

Musik yang selama ini umum kita dengar di radio berada di 440 Hz, sedangkan musik yang baik untuk didengarkan berada di frekuensi 432 Hz.

Kenapa begitu? Menurut Shierilla Pritha Elliza, Certified Sound Healer dari International Academy of Sound Healing (IASH) dan Wellness Vibe, 432 Hz adalah frekuensi alam sehingga sesuai untuk kita dengarkan.

Musik yang baik sebenarnya tidak hanya memberikan mood yang positif tetapi juga membawa keharmonisan dan keseimbangan pada pikiran, perasaan, dan fisik.

“Ketika kita mendengarkan lagu sedih saat patah hati, itu bukan sesuatu yang menyembuhkan sebenarnya, tetapi hanya pelepasan perasaan. Lagu-lagu patah hati tidak bisa menyembuhkan perasaan yang sedih,” jelas Shierilla.

Untuk membangun keharmonisasian jiwa, pikiran, dan fisik, Shierilla menyarankan untuk memainkan singing bowl. Tapi, kalau tidak punya singing bowl, kamu bisa mendengarkan lagu-lagu brainwave seperti Solfeggio, Binaural Beats, Isochronic Tones dengan berbagai tujuan berbeda secara spesifik.

“Ingin menyeimbangkan chakra, tidur lebih lelap, menghilangkan stres, membangun hubungan, dan lain-lain,” tambah Shierilla.

BACA JUGA: Belajar Mainkan Singing Bowl, Yuk!

Tips Mendengarkan Brainwave 

sherri sound healing
Shierrila dan Singing Bowl

Setelah selesai wawancara dengan Shierrila, kami pun mencoba untuk mendengarkan brainwave. Setelah memilih satu dari banyak sekali pilihan di youtube, kami coba memutar salah satu musik brainwave sambil menulis. Bukannya konsentrasi, kami justru merasa lebih sulit fokus.

Untuk mendapatkan manfaatnya, mendengarkan musik brainwave memang harus dilakukan di waktu yang tepat. Misalnya di momen yang tenang, saat kita tidak sedang mengerjakan apa-apa. Dengan kata lain, tidak didengarkan saat sedang bekerja atau mengoperasikan benda lain, seperti menyetir atau memasak misalnya.

Mengapa demikian? Karena saat beraktivitas dalam lingkungan kerja, otak berada pada gelombang beta, sementara mendengarkan musik brainwave akan membawa kita pada frekuensi gelombang alfa-theta.

Sehingga, ketika kita mendengarkannya dalam kondisi aktif bekerja, terjadi pertentangan. Alih-alih rileks, pikiran jadi terpecah—antara harus fokus bekerja atau merilekskan diri.

BACA JUGA: Mengenal Metode Terapi Sound Healing

Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Dengarkan Brainwave?

Untuk tetap fokus sembari tetap menjaga harmonisasi diri, Shierilla menyarankan untuk mendengarkan lagu-lagu klasik seperti Mozart, Beethoven, Chopin, dan Bach.

Sedangkan untuk musik brainwave dengan frekuensi 432 Hz, baiknya didengarkan saat sedang santai, meditasi, atau sebelum tidur.

Dalam keseharian misalnya di kantor, di mall, di taksi, mau tidak mau kita terpapar dengan suara-suara yang tidak ingin kita dengarkan. “Itu tidak bisa dihindari. Tapi sampai di rumah, saya kembali ‘menetralisir’ paparan musik tadi dengan bermeditasi sambil memainkan singing bowl atau mendengarkan musik brainwave,”ujar Shierrila.

Banyak orang meyakini efek mendengarkan musik brainwave ini sangat baik, karena musik ini diklaim tidak hanya membangkitkan mood positif tetapi juga sampai mengubah perilaku dan perasaan menjadi lebih positif.

Seperti semua hal dalam hidup, jika kamu ingin merasakan dampak dari brainwave, kamu perlu komitmen dan konsistensi. Shierrila menyarankan untuk rutin mendengarkan musik brainwave selama 15-30 menit dalam kurun waktu 90 hari untuk melihat pengaruhnya.

Bahkan, ketika kamu ingin berpikir negatif sekalipun, seluruh sel-sel dalam tubuh akan “berontak” dan mengarahkan kamu untuk tetap berada di track yang semestinya. Percaya gak?

Tertarik mencoba?  Coba dengarkan yang ini: