Beberapa makanan diiklankan dan dianggap sebagai makanan “sehat” tetapi sebenarnya biasa saja dan terkadang malah tidak lebih “sehat” dibanding makanan lain yang tidak mengklaim diri sebagai “makanan sehat”.

Fenomena ini dikenal dengan istilah health halo.

Misalnya beberapa produk makanan yang berlabel “rendah lemak”. Produsen memanfaatkan persepsi yang sudah terbentuk di masyarakat bahwa terlalu banyak lemak merupakan hal buruk. Sebagian bahkan berpikir bahwa “rendah lemak” artinya sama dengan “rendah kalori”, sehingga saat ingin menurunkan berat badan lebih memilih produk berlabel demikian.

Padahal dengan mengurangi sejumlah komponen (dalam hal ini, lemak) dari suatu produk makanan, perlu kompensasi penambahan komponen lain ke dalam produk tersebut untuk menjaga karakter fisik dan rasanya. Komponen pengganti itu bisa saja menyumbang kalori yang tidak lebih rendah daripada komponen lemak yang dihilangkan.

Ketika Salad Menjadi Tidak Sehat 

Di sisi lain, ada juga makanan yang bisa dikira “sehat”—lagi-lagi masih dalam konteks “rendah kalori”—karena bahan-bahan utamanya yang berupa buah atau sayur. Salad, contoh klasiknya. Tidak semua salad lebih rendah kalori dibanding gorengan ataupun makanan junk food. Kalau saus atau topping-nya tinggi kalori, misalnya terlalu banyak keju atau daging, bisa memiliki lebih dari 1000 kkal per porsi. Padahal kebutuhan energi orang dewasa umumnya berkisar 2000-an kkal saja per hari.

Bukan cuma salad sayuran yang bisa mengecoh orang awam yang ingin diet. Di Indonesia banyak dijual salad buah dengan berbagai topping sekaligus: keju, susu kental manis, sampai mayones.

salad tidak sehat
Buah memang sehat, tapi dengan topping seperti ini, masih sehatkah?

Hanya karena banyak buahnya, banyak yang memakannya karena mengira salad tersebut menyehatkan. Padahal per porsi bisa mengandung lebih dari 1000 kkal (termasuk kandungan gula total mencapai lebih dari 100 gram!) gara-gara topping yang padat kalori.

Lazimnya buah dikonsumsi terpisah dari hidangan utama. Jadi pasti ada makanan-makanan lain yang dimakan di hari itu selain si salad buah. Ujung-ujungnya bukannya mengurangi asupan kalori, malah jadi kelebihan kalori. Mirip dengan jus yang diberi berbagai topping.

Waspada Gula Yang Tersembunyi di “Jus Buah” 

Jus buah tidak selalu menyehatkan, setidaknya bila dibandingkan dengan makan buahnya langsung.

Jus buah mudah ditemukan di Indonesia, di kaki lima ataupun di restoran. Jus umumnya dibuat dengan cara menambahkan air yang artinya jus mengalami proses pengenceran, yang membuat kadar kemanisannya berkurang. Lantas jus itu diberikan gula agar memiliki rasa manis yang membuat rasanya lebih enak.

Jus Alpukat tidak sehat
Alpukat dengan es krim dan susu kental manis. Masih sehatkah? Kamu pasti bisa menjawabnya sendiri.

Akibatnya, jumlah gula yang dikonsumsi menjadi lebih banyak ketimbang memakan buahnya langsung. Kamu mungkin sudah tahu, peningkatan konsumsi gula artinya peningkatan kalori yang masuk ke tubuh, yang artinya kamu meningkatkan resiko kegemukan kamu.

Di samping itu, proses mengunyah buah segar juga menstimulasi air liur yang berguna melindungi gigi dari proses demineralisasi (berkurangnya kandungan mineral tertentu dari struktur gigi sehingga gigi menjadi rapuh dan mudah berlubang).

Penulis adalah apoteker dan pemerhati gizi

Tulisan ini disadur dari salah satu jawaban di Quora indonesia untuk pertanyaan Apa saja makanan yang dikira sehat namun ternyata buruk untuk kesehatan tubuh?

BACA JUGA: G-BOMBS: Cara Mudah untuk Mengingat 6 Makanan Paling Sehat