Baru-baru ini media dihebohkan dengan pemberitaan tiga siswi SMA Palangkaraya yang dikabarkan menemukan obat kanker dari tanaman tradisional yang dikenal dengan bajakah. Bajakah kerap digunakan oleh penduduk desa untuk pengobatan kanker. Caranya, batang atau kayunya direbus lalu diminum.

Informasi ini kemudian dijadikan bahan penelitian oleh tiga siswa tersebut yang diuji melalui laboratorium sekolah lewat media tikus. Jadi ada dua tikus yang suntikkan sel tumor dan masing-masing diberikan penawar yang berbeda. Tikus yang diberikan cairan kayu bajakah berhasil sembuh dari tumor bahkan bisa berkembang-biak secara sehat.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh FMIPA Universitas Negeri Surabaya, tanaman bajakah telah lama digunakan oleh penduduk Pulau Pisang (Kalimantan Tengah) untuk obat disentri, obat pegal, dan menyembuhkan luka.

Kandungan bajakah, terutama bagian batangnya memiliki senyawa fenolik, flavonoid, tannin dan saponin. Zat-zat tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan kolagen dan mempersingkat durasi penyembuhan.

Belum Ada Jurnal Penelitian Tapi Bisa Jadi Berpotensi

Benarkah tanaman bajakah bisa digunakan sebagai penyembuh kanker? Menurut dokter herbal medik dr. Rianti Maharani, MSi dari Aliksa Organik Indonesia, belum ada  jurnal penelitian yang mengatakan kalau tanaman dengan nama latin Spatholobus littoralis Hassk ini berkhasiat untuk kesembuhan kanker. “Studi pendahuluannya lebih kepada penyembuhan luka,” demikian keterangan dr. Rianti.

Lebih lanjut lagi dr. Rianti menambahkan kalau beberapa tanaman herbal yang sudah terbukti secara ilmiah dapat membantu proses penyembuhan kanker adalah mahkota dewa, sambiloto, kunyit, dan temulawak.

dr. Rianti memberi contoh salah satu pasiennya di Banyu Asin Sumatera Selatan yang mengidap kanker hati. Sudah divonis hanya bertahan sampai 3 bulan, namun berkat mengonsumsi tanaman herbal, kondisinya membaik. Padahal  perutnya sudah gembung layaknya wanita hamil 7 bulan.

Ramuan herbal tersebut adalah rebusan pegagan, meniran, bawang dayak, temulawak, dan daun kelor. Aturan konsumsinya adalah kombinasi tanaman tersebut direbus dengan enam gelas air, sampai bersisa separuh, baru dikonsumsi. Diminum tiga kali sehari—pagi, siang, dan malam.

Tidak dipungkiri, dewasa ini masyarakat sudah beranjak kembali ke alam dan memilih pengobatan herbal ketimbang medis. Hasil penelitian dari Riskesdas tahun 2010 menyatakan, hampir 50% masyarakat Indonesia mengonsumsi jamu untuk menjaga kesehatan.

Menurut Riset Tanaman Obat dan Jamu 2012, ada sekira 30.000 tanaman herbal di Indonesia yang bisa digunakan sebagai obat dan kesehatan. Industri farmasi baru menggunakan 30% dari sumber daya tersebut. Riset yang sama juga menguraikan fakta, dari 1070 suku yang ada di Indonesia, 200 diantaranya memiliki 15.000 ramuan herbal untuk kesehatan.

Nah, melihat peluang tersebut, bukan tak mungkin tanaman bajakah—dan bisa jadi tanaman-tanaman lainnya memiliki potensi menyembuhkan penyakit kanker.

BACA JUGA: Sambiloto, Obat Herpes Genital Mujarab