Susannah Cahalan, jurnalis asal Amerika yang pernah bekerja di New York Post, pada tahun 2009 dinyatakan mengidap schizophrenia karena kerap mendengarkan suara-suara di kepalanya, dia juga merasakan mood yang berubah-ubah dan kejang-kejang.

Setelah diperiksa lebih lanjut, ternyata Susannah mengalami autoimun jenis Anti NMDA receptor enchepalitis.

Pada jenis ini, ketika antibodi menyerang reseptor di dalam otak,  orang tersebut seperti terjebak dalam tubuhnya sendiri. Maka itu, perilakunya orang dengan Anti NMDA receptor enchepalitis bisa terlihat seperti orang yang mengalami schizophrenia, padahal sebenarnya tidak.

BACA JUGA: Hidup Seimbang: Pelajaran Dari Seorang Penyintas Autoimun

Ini dikatakan oleh dr. Stevent Sumantri, SpPD, DAA dalam seminar “Autoimun Berbagi Bahagia”  yang diadadakan di Sheraton Gandaria City, Sabtu silam (27/7).

Disampaikan dr. Stevent, dunia medis memperkirakan kalau tahun 2030, penyakit autoimun akan menempati tiga besar penyakit berbahaya di dunia.

Salah satunya dikarenakan penyakit autoimun ini memiliki 1000 wajah dengan gejala yang hampir sama dengan penyakit pada umumnya.

Bersama para penyintas autoimun yang hadi dalam seminar "Autoimun Berbagi Bahagia"

Sulit dideteksi, dan kurangnya kesadaran dan pemahaman informasi mengenai penyakit autoimun membuat penanganannya jadi lambat.

“Penduduk Indonesia ada sekira 250 juta jiwa dan diperkirakan 5% dari total tersebut mengidap autoimun. Jadi, 1 dari 20 orang bisa mengidap autoimun,” tambah dr. Stevent.

Pentingnya Menjaga Pola Makan dan Kualitas Hidup

Dalam bahasa kekinian, penyakit autoimun itu terjadi ketika sistem kekebalan (imunitas) tubuh seseorang “khilaf” sehingga malah menyerang jaringan sehat dan menimbulkan keluhan kronis (berulang).

Bahkan, pola autoimun dikatakan mirip kanker. Tapi tentu saja jelas berbeda, karena perusakan jaringan sehat pada kanker dilakukan oleh sel mutan. Sejauh ini diketahui ada 157 jenis penyakit autoimun dan mungkin saja jumlahnya bertambah.

Tidak dapat disangkal, perkembangan teknologi yang membuat orang menjadi malas untuk bergerak—mungkin Anda pernah mendengar istilah sitting is the new smoking — menjadi salah satu pemicu meningkatnya pengidap penyakit autoimun.

Mata dan jari hanya terpaku pada gadget, kurangnya aktivitas fisik, dan kurang makan sayur, adalah pemicu yang kerap dianggap sebelah mata. Sejatinya ketika berabad lalu Hipocrates mengatakan semua penyakit diawali dari pencernaan.

Diperlukan asupan nutrisi yang berkualitas untuk mengoptimalkan regenerasi sel, metabolisme, dan fungsi organ. Sejatinya, kekebalan tubuh (imunitas) sangat dipengaruhi oleh kesehatan pencernaan, dimana 80% sistem imun terletak pada saluran cerna.

BACA JUGA: Makanan Apa Yang Baik Untuk Orang Dengan Autoimun? Ini Saran Para Ahli!