Akhir-akhir ini sampah plastik makin intens diperbincangkan. Tidak mengherankan, pola konsumsi yang berlebihan serta perilaku manusia yang hobi membuang sampah sembarangan, menyebabkan sampah plastik menjadi masalah besar yang meresahkan.

Mungkin Anda sudah tahu kalau plastik memerlukan waktu 500-1.000 tahun untuk terurai. Maka sampah plastik yang diproduksi pada era 70-an misalnya, bisa saja masih ada jejaknya sampai hari ini. Bukan tak mungkin, orang yang membuang sampah tersebut sudah kembali ke Sang Pencipta, sampahnya tetap menghuni bumi.

Menurut hasil penelitian dari University of Southern Indiana tahun 2019, sekitar sepertiga tempat pembuangan sampah diisi oleh sampah bahan kemasan makanan. Hal ini dibenarkan oleh pernyataan Mike Hower, Managing Director dari Sustainability & Social Impact yang mengatakan hanya 14% kemasan makanan dan minuman yang digunakan oleh makanan cepat saji yang bisa didaur ulang. Sisanya? Ada yang memenuhi tempat pembuangan sampah, ada yang berserakan di jalan ataupun menyumbat saluran air.

Pola konsumsi dan salah satunya industri online yang sedang booming juga membuat kondisi ini makin parah. Kepedulian produsen agar produknya sampai dengan sempurna ke tangan customer kerap berujung ke over packaging. Produk dikemas berlapis-lapis agar tidak tumpah atau tidak pecah yang akhirnya menyisakan banyak sekali sampah. Belum lagi peralatan makan sekali pakai yang selalu diberikan sebagai bagian dari “pelayanan” ketika kita memesan makanan secara online.

Shivan
Shivan – Founder Ecorasa

Salah satu solusi yang mungkin dapat memperbaiki kondisi ini adalah eco friendly packaging yang tidak menambah beban lingkungan. Tantangan inilah yang coba dijawab oleh Ecorasa, sebuah perusahaan yang menyediakan kemasan yang lebih mudah terurai.

“Ecorasa menggunakan teknologi oxium sehingga dapat mempercepat proses penguraian sehingga hanya memakan waktu 2-5 tahun,” jelas Shivan founder dari Ecorasa kepada Paprika Living.

Kombinasi Teknologi dan Desain yang Mapan

Oxium adalah aditif oxo-biodegradable yang dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan plastik agar teroksidasi, terurai dan dimakan mikroba. Oxium terbuat dari mineral alam yang terbukti aman bagi manusia, tanah, air dan hewan.

Dengan mencampurkan bahan aditif Oxium ke dalam bahan baku plastik saat proses produksi, kemasan dapat terurai dengan paparan sinar matahari, panas dan atau oksigen. Hal ini menjadikan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang terbuka akan panas matahari sebagai tempat yang ideal untuk sampah bisa terurai.

“Dengan teknologi Oxium, sampah terurai dalam 2-5 tahun, jauh dibandingkan kemasan plastik konvensional yang membutuhkan waktu ratusan hingga ribuan tahun untuk proses degradasinya,” tambah Shivan.

Yang juga menarik, Oxium adalah teknologi asli Indonesia dan telah mendapatkan paten dari Amerika Serikat. Oxium terbuat dari mineral alam yang terbukti aman bagi manusia, tanah, air dan hewan.  Sebuah terobosan yang lahir dari tengah-tengah masyarakat yang terus bergumul dengan isu sampah ini rasanya layak mendapat perhatian.

Selain teknologi ramah lingkungan yang mumpuni, dari segi desain, Ecorasa juga mapan, kokoh, dan kuncian yang kuat. Tak hanya memiliki kombinasi teknologi dan desain yang inovatif, Ecorasa juga menawarkan harga kompetitif dan ekonomis.

Hingga kini, produk Ecorasa telah digunakan oleh berbagai pelaku bisnis kuliner yang memilih untuk memakai kemasan eco friendly, salah satunya penyedia layanan catering Kulina. Untuk mendorong kesadaran konsumen akan dampak kemasan plastik pada lingkungan, Ecorasa juga berkolaborasi dengan Saykoji menciptakan video yang menarik dengan pesan yang mudah dicerna anak-anak.

Sementara ini Ecorasa dapat dikatakan sebagai salah satu solusi eco friendly packaging terbaik untuk pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Kemasannya tahan panas dan dingin, dapat digunakan lagi dan dapat mengurangi beban lingkungan dengan sifatnya yang lebih cepat terurai. Bisa jadi, durasi terurainya lebih cepat ketimbang masa move on Anda pada mantan!

Baca juga: Kantong Plastik, Kertas, Spunbond. Mana Yang Paling Eco?