Bulk store adalah toko grosir eco-friendly yang menjual barang dalam ukuran besar, dan menerapkan konsep zero waste, yaitu meniadakan kemasan plastik yang biasa dipakai untuk mengemas barang-barang yang dijual.

Bbarang yang dijual di toko ini tidak menggunakan kemasan sekali pakai, maka pelanggan yang berbelanja di bulk store perlu membawa wadah mereka sendiri. Produk-produk yang dijual di bulk store biasanya diletakkan ke dalam kontainer-kontainer besar yang disesuaikan dengan jenis barangnya.

Selain bahan makanan dan bumbu-bumbuan, bulk store juga menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti shampoo dan sabun. Ada yang menyediakan produk yang lebih ramah lingkungan, baik dari segi kemasan maupun bahan penyusunnya.

Bulk store dengan konsep zero waste ini mulai banyak bermunculan di luar negeri, terutama di negara-negara maju. Sedangkan di Indonesia masih terbilang jarang.

Package free shopping store menjadi tema dalam diskusi Komunitas Paprika Loca dengan Adi Asmawan, selaku owner dan founder dari Saruga Package Free Shopping Store, Rabu (26/6). Berikut ini adalah rangkuman dari obrolannya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Pack-Free Shopping Store (@sarugapackfreestore) on

SHARING SESSION

Paprika Living: Nah teman-teman narsum kita kali ini adalah Mas Adi Asmawan dari Saruga Package Free Shopping Store. Halo Mas Adi…boleh kenalan dulu nih Mas dengan teman-teman Paprika Loca 🙂

Sonya: Halo..

Sonya: Bagaimana dengan harganya Mas..apakah ramah di kantong? Wkwkwkwk..langsung ke harga ya…

Paprika Living: Boleh cerita sedikit nggak Mas Adi tentang Saruga? Sebagai pionir bulk store di Jakarta

Meita: Hi Mas Adi! Untuk supplier-nya Saruga sendiri, apakah itu waste free juga Mas?

Debby: Ada dimana aja yaa

Adi Asmawan: Aduh jangan pionir ah, saya rangkum aja ya.. mudahan bisa menjawab semua. Saya lebih nyaman menyebutnya “package free” karena memang lebih fokus meniadakan kemasan terutama single-use yang ternyata spektrum permasalahannya di industri dan retail itu pun sangat-sangat rumit.

Kenapa harus curah? Karena menurut kami fair trade di retail itu harusnya seperti itu, sebisa mungkin (harus bisa) agar customer membeli sesuai kebutuhannya. Kalau soal harga, store dengan konsep eco harus menjual produk eco itu betul, tapi kendalanya juga seabrek. Produksi terbatas dan terkendala bahan baku. Kami berusaha gimana caranya harga produk itu “harga” tanpa kemasan. Misalnya, saya pernah hitung, aq*a 600ml di retail itu harganya 3500 kalau dijual tanpa botolnya ternyata hanya 1400 saja.

Paprika Living: Apakah waste free juga?

Debby: Yang dijual di Saruga apa aja? 9 bahan pokok atau ada jual baju juga?

Adi Asmawan: Woaahhh tidak semuaaa…kami harus berkomitmen dulu agar produsen bersedia melepas produk dari kemasannya, tapi kami juga membuka diskusi mencari substitude penggantinya.

Meita: Saruga itu sudah buka sejak kapan sih Mas?

Bunga Sirait: Sambutannya sejauh ini gimana Mas,  apakah masih banyak yang asing dengan konsep ini? Yang padahal di pasar kan juga gini ya…

Adi Asmawan: Ini pertanyaan bagus, saya mau menekankan agar tidak ada miskonsepsi. Belanja yang bener itu harus di pack free/bulk store? Maaf saya harus bilang “tidak!”  Karena menurut saya, Saruga itu hanya sarana untuk belajar. Kenapa sih disarankan beli secukupnya? Seberapa cukup? Kapan cukupnya? Me-manage pola makan, kebiasaan, selera harus mulai diperhatikan. Diharapkan nantinya akan tahu sendiri makna dari kata “cukup”. Saruga berdiri sejak November 2018.

Winda: Keren. Saya pribadi memahami konsep toko pack free ini secara tak langsung jadi mendidik pembeli untuk tidak serakah dan mungkin otomatis penjual juga jadi tidak serakah. Karena tanpa kemasan, jadi makanan minim pengawet, stok tidak banyak, dan menyediakan sesuai kebutuhan sekitarnya saja (jadi meminimalisir pengiriman via kurir, karena packaging belum ramah lingkungan). Analisa sotoy hehehe..

Meita: Planning untuk buka di daerah Pondok Indah nggak Mas?

Adi Asmawan: Agak ke kiri sedikit Mba. Kemungkinan Juli atau Agustus kami buka franchise.

Anne Lutfiana: Membuka kesempatan kerjasama nggak Mas? Saya tertarik bikin di Depok karena belum ada, cuma masih harus banyak belajar. Selama ini kendala/tantangan apa saja yang ditemui dan bagaimana mengatasinya Mas?

Sonya: Adakah konsep packaging ini mematikan industri lain? Bagaimana peran pemerintah?

Adi Asmawan: Saya tambahkan sedikit pertanyaannya jadi gini, apakah konsep pack free bisa mematikan retail konvensional? Bulkstore, pack free belum ada regulasinya. It’s just business…bentuk bisnis retail masa depan harusnya seperti ini, dengan cara bersaing tidak sehat? NO! Gimana kalau berkolaborasi?

Paprika Living: Kira-kira kalau dalam bayangan Mas Adi kolaborasinya gimana ya mas?

Adi Asmawan: Salah satu contoh sederhana aja ya. Di grup ini ada nggak yang pakai shampoo Lifeb**y? Gimana kalau Saruga menjual brand itu secara curah?

Paprika Living: Btw ada nggak Mas merk-merk yang umum kita ketahui mau jualan dengan sistem curah gini? Orang beli sesuatu ngeliat dari kemasannya juga nggak sih Mas? Kemasannya menarik terus dibeli deh..

Adi Asmawan: Segera… semoga

Natalia D Jacobs: Kalau buat saya, kemasan diperlukan untuk dapat informasi tentang isinya.. jadi bisa baca dengan jelas tentang produk itu, kapan kedaluarsa, dll..

Adi Asmawan: Ini nih kebiasaan saya dulu juga gini, beli sabun karena kemasan menarik..itu kan visual, pas dipake eh kulit kering. Sambil getok-getok kepala, kenapa sih saya nggak baca ingredients-nya! Tuh.

Natalia D Jacobs: Masalahnya kalau beli dengan sistem curah, harus bikin label sendiri, ya.. supaya nggak ketuker isinya..

Sonya: Iyaa benar-benar..kadang kemasan yang menarik bikin kita tergoda buat membeli…

Anne Lutfiana: Yang lebih dipentingkan pack free-nya atau kandungannya ya Mas? Kayak kalau buat cuci-cuci kan sebenernya sekarang banyak tuh jualan sabun, sabun pel, pewangi yang curah buat laundry cuma entah kandungannya aman/tidak

Sonya: Wangi sih cuma kadang kita ragu beli karena nggak tahu aman apa nggak

Adi Asmawan: Keduanya Mba

Arness Figlia: Menyambung pertanyaan mba Anne Lutfiana. Kalau di Saruga, produk yang dijual apakah bahan bakunya natural? Atau masih campur chemical juga?  Soalnya sekarang banyak curated product yang launch barang-barang2 pack free juga nih.

Contohnya kemarin saya barusan beli shampoo bar di bazaar taman lapangan banteng. Konsep mereka sih memang bahannya natural (campuran beeswax, shea butter and almond oil), eh tapi ternyata masih ada lho campuran chemical-nya. Kalo produk-produk di Saruga gimana yah Mas?

Adi Asmawan: Inovasi selalu diusahakan Mba, seperti halnya plastik, masih dibutuhkan di industri lain. Menurut saya, bergerak mencari solusi substitute-nya juga harus gencar.

CLOSING

Paprika Living: Gimana teman-teman, ada pertanyaan lain yang belum diutarakan? Bila tidak ada kita tutup diskusi ini ya..mungkin Mas Adi ada yang ingin disampaikan sebagai penutupan?

Adi Asmawan: Ok, customer banyak yang tanya bagaimana caranya supaya selalu bisa konsisten mengurangi sampah?

Bercermin diri sih, masalah tiap orang pasti berbeda, dimana titik permasalahan utama itu yang dicari lalu perbaiki pelan dan pasti. Ilmu sudah banyak di-share. Kita mengurangi sampah bukan untuk menyelamatkan bumi—dia punya sistem sendiri untuk self recovery, tapi untuk menyelamatkan kita, manusia.

Terima kasih semuanya, saya juga banyak dapet insight dari grup Paprika Loca. Semangat tetap jalan, tapi pikir lagi 2-3 kali

Paprika Living: Siap Mas..matur nuwun untuk ilmunya hari ini.

Artikel ini adalah rangkuman percakapan dalam diskusi WhatsApp Group antara Adi Asmawan dari Saruga Package Free Shopping Store dan anggota Komunitas Paprika Loca! 

BACA JUGA: Hidup Sehat dengan Suplemen Alami Propolis