Energi pada Makanan

Bukan hanya manusia, semua benda hidup di dunia ini memiliki energi. Termasuk pohon, termasuk makanan.

Pengetahuan akan energi makanan bisa menuntun kita untuk memilih makanan yang lebih baik untuk dikonsumsi tubuh kita.

Makanan-makanan berenergi tinggi ini sering juga disebut High Frequency Foods atau High Vibration Foods.

“Tubuh kita mau ada di frekuensi yang tinggi. Maka itu, makanlah makanan yang high frequency, bukan yang menurunkan frekwensi. Junk Food adalah salah satu makanan low frequency” ungkap Susan Hartono, MSc.,CHt, Holistic Nutrition & Mindfulness Coach.

Kamera GDV  atau Gas Discharge Visualization dengan Teknik Fotografi Kirlian dapat membantu kita untuk melihat medan energi pada makanan. Sebagai contoh:

apel organik kirlian photography
Penampakan energi buah Apel
energi makanan fotografi KIRLIAN
Penampakan energi Jamur Organik

Makanan Apa Yang Memiliki Energi Tinggi?

Dari banyak foto yang diambil, ternyata yang memiliki energi paling bersinar adalah:

  • Buah dan sayuran segar
  • Makanan segar atau mentah yang tidak dimasak lebih dari 48C
  • Bahan makanan organik
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian
  • Makanan dan minuman fermentasi
  • Superfoods

Kalau dilihat dari penjelasan di atas, berarti minuman yang “dipasarkan” sebagai minuman berenergi, mungkin malah tidak ada energinya, ya?

Menurut Susan, semua yang natural, mendekati bentuk aslinya, energinya makin tinggi. Sebaliknya, makanan yang tidak alami, makin banyak mengalami proses, makin rendah energinya. “Tubuh kita kalau mau sehat tubuh perlu berada di 62-72 hertz.”

“Maka itu makanlah makanan yang minimally processed. Makanan yang difermentasi juga tinggi nutrisinya. Metode fermentasi membuat nutrisi yang dikandung makanan itu gampang diserap tubuh kita. Itu kenapa seperti tempe, misalnya, sangat disarankan untuk kita konsumsi,” ujar Susan.

Ia menambahkan kalau yang disebut probiotic food itu adalah makanan yang difermentasi, yang ada live bacteria yang bermanfaat buat tubuh. “Jadi sesuatu yang difermentasi, belum tentu bisa disebut probiotik, tergantung live bacterianya masih ada atau tidak,”jelas Susan.

Lalu, bagaimana kita bisa menjalankan pola makan yang lebih sehat?

Jovita Hardoyo, seorang pranic healer yang juga pemilik Cafe Sehat Dharma Coffee & Juice di Ubud, Bali membagi tipsnya:

1. Ubah pola makan secara bertahap

  • Perbanyak porsi buah dan sayur segar. Buah potong untuk sarapan, salad saat makan malam.
  • Mengurangi makanan yang diproses
  • Makanlah “pelangi”- Warna-warni pada alam adalah kode untuk macam-macam manfaat yang dikandungnya. Jadi semakin berwarna-warni isi piring Anda, semakin beragam manfaat yang akan dinikmati tubuh.
  •  Organik, jika memungkinkan.

2. Dengarkan kebutuhan tubuh

3. Jika sedang sakit/marah/sedih, berpuasalah

Hal ini dimaksudkan agar energi sepenuhnya dipakai untuk penyembuhan. Karena kalau dipakai untuk makan, maka energi akan dipakai untuk mencerna makanan.

Tapi kembali lagi ke mendengarkan tubuh. Jika tubuh tidak sedang ingin makan, biarkan saja dulu. Kalau dia sudah butuh, makanlah.

Bagaimana makanan dimasak atau dipersiapkan akan mempengaruhi energi makanan tersebut, maka itu, “Sebisa mungkin makanlah di rumah bersama keluarga, masaklah dengan penuh cinta, dan jangan lupa berdoa sebelum makan,” pesan Jovita.

BACA JUGA : Resep Makanan Fermentasi Sauerkraut dari Artisan Felicia