Kementerian Kesehatan Singapura mengonfirmasi masuknya virus monkeypox di Singapura adalah sejak seorang wisatawan asal Nigeria yang sedang berkunjung ke negara singa tersebut positif terdeteksi monkeypox, Rabu (8/5).

Walaupun Kementerian Kesehatan Indonesia belum mengeluarkan tanggapan tentang  monkeypox, namun ada baiknya untuk berjaga-jaga. Apalagi turis asal Nigeria tersebut tiba di Singapura 28 April sebelum akhirnya dinyatakan positif monkeypox. 22 orang yang diindikasi melakukan kontak dengan pengidap monkeypox tersebut ikut dikarantina untuk mencegahpenyebaran lebih luas.

Singapura sebagai gerbang Asia juga patut diwaspadai, apalagi arus keluar masuk turis ke negara tersebut bisa mempercepat transmisi ke wilayah lainnya. Indonesia sebagai tetangga dekat Singapura harus lebih waspada, terutama untuk Batam dan Riau.

Lantas, apa sebenarnya monkeypox dan apa yang bisa kita lakukan sebagai upaya pencegahan?

Apa itu Monkeypox?

Monkeypox adalah penyakit zoonosis virus langka yang terjadi terutama di bagian terpencil Afrika tengah dan barat, dekat hutan hujan tropis. Virus monkeypox mirip dengan cacar manusi. Virus ini sebagian besar ditularkan kepada orang-orang dari berbagai binatang liar seperti tikus dan primata. Penyebarannya terbatas melalui manusia ke manusia.

Kenapa disebut Monkeypox?

Ya, seperti yang Anda tebak, virus ini pertama kali ditemukan pada monyet yang sedang menjadi percobaan laboratorium pada tahun 1958. Virus ini diidentifikasi pada tahun 1970 sebagai penyebab penyakit seperti cacar pada manusia di lokasi terpencil di Afrika.

Bagaimana Penyebarannya?

Penyebarannya bisa melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi (perlukaan) kulit atau cairan tubuh pada hewan yang terinfeksi. Di Afrika, infeksi pada manusia karena interaksi dengan kera yang terinfeksi, tikus dan tupai raksasa Gambia.

Makan daging hewan terinfeksi juga bisa menjadi faktor penyebab penyebaran, seperti yang terjadi pada turis asal Nigeria yang mengunjungi Singapura. Diduga dia mengonsumsi daging monyet ketika menghadiri suatu acara.

Penularan dari manusia ke manusia, sangat mungkin terjadi melalui kontak dekat dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi atau benda yang baru-baru ini terkontaminasi oleh cairan pasien atau lesi.

Seperti Apa Gejalanya?

Gejala monkeypox dibagi atas dua periode pertama periode invasi (0-5 hari) ditandai dengan demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan kekurangan energi.

Periode kedua disebut periode erupsi kulit (1-3 hari setelah munculnya demam). Pada periode ini ruam muncul sering dimulai pada wajah dan kemudian menyebar di tempat lain di tubuh.

Perubahan ruam mulai dari lesi datar, kemudian lepuh yang berisi cairan kecil-kecil, pustula, diikuti oleh kerak terjadi dalam waktu sekitar 10 hari. Tiga minggu mungkin waktu yang dibutuhkan sebelum akhirnya lenyap dari kulit.

Jumlah lesi bervariasi dari beberapa hingga beberapa ribu, memengaruhi mulut, area genital, kelopak mata, serta kornea.

Beberapa pasien mengalami pembengkakan kelenjar getah bening sebelum munculnya ruam. Bisa dibilang ini merupakan ciri khas dari monkeypox dibandingkan dengan penyakit serupa lainnya.

Monkeypox biasanya merupakan penyakit yang sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung dari 14 hingga 21 hari.  Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit tersebut.

WHO merekomendasikan untuk menghindari kunjungan ke negara ataupun kawasan yang terjangkit ataupun terindikasi monkeypox. Terutama buat anak-anak serta orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah.

BACA JUGA: 5 Jawaban atas Pertanyaan Umum Seputar Alergi