Up-cycling adalah proses mengubah benda tidak terpakai menjadi benda baru yang memiliki nilai tambah.

Istilah Upcycling pertama kali diperkenalkan oleh Reiner Pilz seorang insinyur asal Jerman yang bertujuan untuk mencegah pemborosan materi dengan memanfaatkan materi yang sudah ada.

Dampak yang diharapkan adalah berkurangnya energi, polusi, dan tentu saja sampah.

Proses upcycling membutuhkan kreativitas untuk menemukan fungsi lain dari benda yang tak terpakai tersebut dan membuatnya tampak aesthetic.

Hal inilah yang dilakukan oleh Dq Rahmonez. Sejak 2008, melalui YRN4L (Youth Rebel Nation 4 Liberation), Dq memanfaatkan barang-barang sisa menjadi aksesori yang unik. Jika orang awam melihat barang-barang bengkel sepeda dan sisa pengelasan sebagai sampah, di tangan Dq mereka berubah wujud menjadi kalung, anting, gelang, dan aksesori lainnya.

BACA JUGA: 9 Cara Menuju Hidup Minim Sampah

Plastik, kayu logam, pipa, korek gas, celana pendek, tas tak terpakai, elektronik sisa renovasi rumah, onderdil motor adalah sebagian bahan yang digunakan oleh Dq dalam berkreasi. Melalui pemasaran yang dilakukan oleh Dq sejauh ini lewat online, festival seni, di toko buku, klub bengkel, serta tempat-tempat indie lainnya, karya Dq perlahan dikenal dan diminati.

“Kalau orang Indonesia lebih banyak respons negatif ketimbang positif, masih lemah dalam melihat seni dan kreatifitas, membandingkan harga dengan buatan pabrik, ” jawab Dq tentang respons masyarakat terhadap karyanya. “Kalau orang luar, mereka lebih menghargai bahkan mau bantu jualin,” tambah Dq lagi.

Dq dan hasil karya up-cycling dalam sebuah pameran.

Diakui Dq sebenarnya apa yang dilakukannya bukanlah bentuk idealisme. Ia juga mengaku tak berniat untuk memberikan harapan yang muluk-muluk. “Saya menikmati proses mengolah bahan-bahan yang tidak terpakai ini dan membentuknya menjadi sesuatu yang memiliki nilai fungsi baru. Dan ini jadi kebiasaan, setiap kali melihat sampah, saya selalu berimajinasi, dibikin apa ya bagusnya,” imbuh Dq.

UpCycling Fashion

Upcycling juga banyak diterapkan dalam bidang fashion. Segrasegra, misalnya adalah salah satu merek baju asal Hungaria yang menggunakan ban bekas sepeda sebagai bahan jaket dan kaos kulitnya. Emma Watson juga pernah mendapat sorotan khusus ketika menghadiri acara Met Gala 2016 dengan mengenakan gaun monokrom yang terbuat dari botol plastik daur ulang yang ditenun menjadi benang.

Mengurangi, memaksimalkan, dan memisah adalah hal-hal yang ditekankan untuk menekan pertumbuhan sampah.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by emma watson (@emmathebrightestwitch) on

Di Indonesia, penggiat upcycling fashion juga makin banyak. Salah satunya adalah Rifa dari Revup.id yang mengolah pakaian bekas menjadi tas. Rifa awalnya menerima langsung donasi pakaian bekas dari masyarakat, namun kini ia lebih memilih untuk berkolaborasi dengan penyelenggara donasi baju bekas seperti Pendekar Baju.

“Mengingat space yang masih terbatas untuk penyimpanan dan sekarang sudah makin banyak yang buka donasi, aku sekarang lebih menerima bahan dari donasi atau kalau ada brand yang punya kain perca atau deadstock yang ingin diupcycle. Mereka akan pilah-pilah hasil donasinya, baju yang tidak layak pakai tapi masih bagus, aku upcycle jadi tas,”kata Rifa.

Selain tas, Rifa juga memanfaatkan baju-baju bekas menjadi apron, kantong kresek kain, taplak meja, organizer dan lain-lain yang bisa kamu lihat di toko pendekar baju.

tas upcycle revup
Salah satu tas hasil upcycle dari bahan pakaian yang tidak terpakai. Foto: Revup.id
kantong kresek kain upcycle
Kantong kresek kain hasil memanfaatkan kain sisa. Foto: Revup.id

Nah, sebelum membeli barang baru, yuk coba lihat-lihat apakah ada barang-barang di rumah yang tidak terpakai tapi bisa jadi barang lain yang berguna. Kepuasan tersendiri loh, bisa berkreasi memanfaatkan “sampah” jadi barang yang memiliki fungsi baru!

BACA JUGA: Layanan Sewa Pakaian Tidak Sehijau Yang Kamu Pikirkan