Karena namanya minyak sawit, kebanyakan kita akan mengaitkannya dengan minyak goreng. Meskipun itu tidak salah, tapi minyak sawit tidak hanya soal minyak goreng, bahan ini terkandung di berbagai produk makanan yang kita temui sehari-hari. Tidak hanya mengonsumsinya, tanpa disadari kita juga sering “menggunakan” minyak sawit melalui produk-produk perawatan tubuh.

Coba lihat bagian belakang sabun, sampo, odol, body lotion, coklat batangan, es krim atau selai kacang, kemungkinan besar Anda akan menemukan minyak kelapa sawit diantara bahan-bahan kandungannya, meskipun bahan ini juga sering disebut dengan nama lain (lebih banyak penjelasan tentang ini di bawah).

Mungkin Anda ingat September 2019 lalu, pemerintah melalui Kominfo meluncurkan kampanye #SawitBaik untuk “meluruskan” opini negatif tentang sawit. Dan kampanye itu sendiri pun melahirkan pro dan kontra di tengah masyarakat.

Kontroversi yang terus menerus menghinggapi minyak sawit tentu membuat kita bertanya-tanya sebenarnya apakah minyak bagus atau tidak untuk dikonsumsi, dan apakah minyak ini membawa pengaruh baik atau tidak terhadap lingkungan?

Sebelum membahas pro dan kontra, yuk kita lihat dulu apa itu Minyak Sawit?

Minyak kelapa sawit adalah jenis minyak nabati yang berasal dari buah pohon kelapa sawit, yang biasanya tumbuh subur di hutan hujan tropis. Menurut World Wildlife Federation (WWF), 85 persen pasokan minyak kelapa sawit global berasal dari Indonesia dan Malaysia.

Ada dua jenis minyak kelapa sawit: minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (dibuat dengan cara memeras buah) dan minyak kelapa inti atau Kernel Palm Oil (dibuat dengan cara menghancurkan biji buah).

Pada kemasan produk, minyak kelapa sawit dapat disebutkan sebagai minyak kelapa sawit atau sebagai salah satu dari sekitar 200 nama alternatif lain, seperti Palmate, Palmolein, Elaeis Guineensis, Palmitic Acid, Palm Stearine, Palmitoyl Oxostearamide, Palmitoyl Tetrapeptide-3, Sodium Lauryl Sulfate, atau yang lainnya.

Umum Digunakan Dalam Makanan Dan Produk Kecantikan  

Paling sering, minyak sawit ditemukan dalam produk makanan seperti mi instan, es krim, selai kacang, margarin dan produk kecantikan seperti sampo, sabun, body lotion dan lipstik. Minyak sawit digunakan untuk meningkatkan tekstur dan rasa, menghaluskan kulit, mencegah pencairan dan sebagai pengawet yang dapat memperpanjang usia produk. Minyak sawit juga disukai digunakan karena bahan ini tidak berbau dan tidak berwarna, sehingga tidak mengubah bau atau warna produk.

minyak kelapa sawit

Jadi Minyak Sawit Bagus Atau Tidak Untuk Tubuh?

Pertama mari kita lihat dulu fakta nutrisinya. Satu sendok makan (14 gram) minyak kelapa mengandung 114 kalori dan 14 gram lemak (7 gram lemak jenuh, 5 gram lemak tak jenuh tunggal dan 1,5 gram lemak tak jenuh ganda). Minyak sawit juga mengandung 11 persen dari asupan harian vitamin E yang direkomendasikan

Menurut beberapa studi, salah satunya dari Pusat Medis Universitas Ohio menemukan bahwa tocotrienol, vitamin E yang secara khusus ditemukan dalam minyak sawit memiliki sifat antioksidan kuat yang baik untuk kesehatan otak.

Minyak sawit juga tidak mengandung lemak trans, meski begitu kandungan lemak jenuhnya tinggi, yang berarti dapat meningkatkan kolesterol dan trigliserida yang tidak sehat, yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Jadi secara umum, minyak kelapa sawit memiliki beberapa kelebihan jika digunakan sebagai minyak goreng, tapi tidak se-sehat minyak lain, seperti minyak zaitun dan ghee.

Masih banyak juga alternatif lain jika Anda tidak ingin menggunakan minyak goreng dari minyak sawit. Kami pernah menulis tentang 10 jenis minyak goreng sehat yang dapat Anda coba.

Bagaimana pengaruhnya untuk lingkungan?

Dari perspektif kesehatan, masih ada pro dan kontra yang jelas terhadap minyak kelapa sawit, namun dari sudut pandang lingkungan tampaknya tidak ada keraguan. Minyak kelapa jelas-jelas dikatakan buruk untuk lingkungan.

Menurut Scientific American, perkebunan minyak sawit menyebabkan cepatnya deforestasi di daerah-daerah di Indonesia dan Malaysia, dan juga memiliki efek negatif pada emisi karbon dan perubahan iklim.

Dalam situsnya WWF juga menjelaskan, “Area besar hutan tropis dan ekosistem lainnya yang memiliki nilai konservasi tinggi telah dibuka untuk perkebunan kelapa sawit. Pembukaan lahan ini telah menghancurkan habitat berbagai spesies yang terancam punah — termasuk badak, gajah, dan harimau.”

Selain itu, “Membakar hutan untuk memberi ruang bagi tanaman juga merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Metode budidaya intensif menghasilkan polusi tanah dan erosi dan kontaminasi air.”

Jadi, Haruskah Kita Berhenti Menggunakan Minyak Kelapa Sawit?

Kalau kita lihat betapa banyaknya produk sehari-hari yang mengandung minyak kelapa sawit, memboikotnya sepertinya hampir mustahil. Ditambah lagi, berkurangnya permintaan minyak kelapa sawit dapat membuat perusahaan yang bergerak pada industri ini untuk beralih ke pemanenan kayu yang lebih intensif, yang dapat meningkatkan polusi.

Nah, daripada hidup jadi ribet karena kita berusaha untuk tidak memakai minyak sawit sama sekali, salah satu solusi yang dapat kita lakukan adalah menemukan produk yang menggunakan minyak sawit berkelanjutan, jika memungkinkan.

Caranya, gunakan produk dengan stiker “RSPO” (Roundtable in Sustainable Palm Oil) atau “Kelapa Sawit Hijau”, yang menunjukkan bahwa produsen produk tersebut melakukan transisi ke proses produksi yang lebih berkelanjutan.

Mungkin menemukan produk-produk dengan label RSPO masih sulit ditemukan di Indonesia, namun jika Anda benar-benar ingin mencarinya, coba cek rspo.org atau www.orangutanalliance.org.