Naturopathy

Pernah dengar naturopathy doctor atau dokter naturopati? Di Indonesia mereka ada, namun keberadaannya memang tidak (atau belum) sepopuler dokter medis. Belakangan, seiring dengan meningkatnya minat terhadap gaya hidup yang lebih alami, makin banyak orang yang mencoba berkonsultasi ke dokter naturopati untuk mencari alternatif yang tidak melibatkan obat-obatan kimiawi.

“Naturopathic Medicine adalah salah satu bidang ilmu kesehatan yang melakukan pendekatan secara natural holistik, dan sebisa mungkin tanpa obat kimiawi. Terapi-terapi yang dilakukan juga non-invasive,”jelas Yuliani Chandranata, seorang certified Doctor of Naturopathic Medicine yang berpraktek di Surabaya.

“Prinsip dari Naturopati adalah mencari akar masalah dari suatu masalah kesehatan, dan mengobati akarnya tersebut. Jadi tidak hanya fokus pada mengobati gejala saja, namun juga dicari sampai ke akar masalahnya supaya tuntas dan tidak kambuh-kambuhan,”jelasnya lagi.

dokter naturopati yulia
Dr. Yuliani Chandranata, ND, MSAOM, LAc, BSc Dokter Naturopathy, Akupunkturis, Herbalis, Homeopathy, Terapis Craniosacral dan Visceral

6 Prinsip Naturopathy

Dalam diskusi Naturopathy for Optimal Wellness di Komunitas Paprika Living, dokter Yuliani menjelaskan 6 prinsip naturopati yang penting diketahui jika Anda ingin mencoba pengobatan ini agar tidak salah ekspektasi, yaitu:

1. The Healing Power of Nature

Tubuh kita punya kemampuan alami untuk menyembuhkan diri kita sendiri. Dokter / Praktisi / Terapis tugasnya adalah untuk memfasilitasi tubuh untuk membantu kemampuan alami tubuh dalam proses penyembuhan diri sendiri, misal dengan memberikan gizi yang cukup kepada sel-sel tubuh dan immunitas tubuh supaya bisa melakukan fungsi nya secara optimal)

2. Mencari dan menyembuhkan akar permasalahan dari suatu penyakit atau masalah kesehatan.

3. First, Do No Harm

Sebisa mungkin tidak melakukan terapi yang bersifat invasif atau punya kecenderungan menimbulkan kerusakan terhadap sel-sel tubuh, baik secara langsung ataupun tidak langsung (efek samping) dalam jangka pendek maupun jangka panjang, dan berusaha untuk menggunakan terapi yang sifatnya aman dan minimal efek samping)

4. Doctor as Teacher

Mengedukasi masyarakat dan pasien tentang pentingnya pola hidup sehat dan seimbang untuk mencegah terjadinya penyakit; atau mencegah terjadinya komplikasi apabila sudah menderita sakit.

5. Prevention / Pencegahan

Lebih baik berjaga-jaga untuk mencegah terjadinya suatu penyakit dengan pola hidup sehat dan seimbang daripada mengobati suatu penyakit; namun apabila penyakit sudah terjadi, lebih baik untuk mencegah terjadinya komplikasi atau efek samping yang lebih lanjut daripada terlambat sehingga komplikasi yang kompleks terjadi dan akhirnya mengobatinya akan lebih sulit)

6. Treat the Whole Person

Holistik ini berasal dari kata “Whole” yang berarti “kesatuan” atau “menyeluruh” atau “keseluruhan”. Jadi, holistik di sini maksudnya melihat pasien sebagai suatu kesatuan antara tubuh, jiwa, dan pikiran (mind, body, and soul).

Harus Seimbang: Pikiran, Tubuh, Jiwa 

Riani Susanto, ND, CT, Naturopathic Doctor, Health & Wellness Coach

Dokter naturopati lain yang kami temui adalah Riani Susanto, ND, CT. Dokter Riani adalah pioner yang mempopulerkan gaya hidup oragnik ke Indonesia di awal tahun 90an. Di kliniknya, B Clinic di bilangan Jakarta Barat, dokter Riani menjelaskan tentang naturopati pada Paprika Living.

Dari perspektif naturopati, pasien dilihat sebagai satu kesatuan, yaitu tubuh, jiwa, pikiran (mind, body, soul).

“Ketiga unsur ini harus seimbang. Jadi kalau misalnya ada keluhan sakit perut, saya tidak perhatikan hanya sakit perutnya lalu kasih obat, tapi apa yang bikin dia sakit perut. Jadi jangan heran jika Anda berkonsultasi ke naturopati, ketika Anda bilang sakit perut, saya malah nanya ‘bagaimana hubungan dengan suami/istri? Sudah lama enggak ngomongan, misalnya. Sudah berapa lama, dan lain-lain, sampai kita temukan akarnya,’”ujarnya.

Hal serupa dengan yang diungkapkan Yulia. “Ketika memeriksa pasien, kita perlu melihat seorang pasien secara holistik (tidak hanya fokus di masalah tubuh / fisik, namun juga memperhatikan sampai ke aspek psikologi, mental, pikiran, trauma luka batin masa lalu, serta emosi-emosi negatif yang dipendam berkepanjangan).”

“Menurut penelitian, ternyata 80-90% masalah kesehatan pada umumnya adalah masalah psychosomatic (masalah yang akar masalah atau awalnya dari emosi negatif atau trauma yang akhirnya dalam jangka panjang menjadi gejala masalah fisik). Ini termasuk kanker, autoimmune, dan penyakit-penyakit lainnya,”Yulia menambahkan.

Nah, jika Anda bertanya-tanya apa bedanya ketika konsultasi dengan dokter medis, proses pencarian ini adalah salah satunya. Dokter Riani misalnya, menjadwalkan 30 menit sesi konsultasi untuk setiap pasiennya. Ini tentu berbeda ketika kita konsultasi dengan dokter medis di rumah sakit.

Apa Bedanya Dokter Naturopati dengan Dokter Medis?

Pertanyaan ini seringkali muncul dalam perbincangan tentang pengobatan naturopati.

“Kurikulum dokter naturopari sama dengan kurikulum kedokteran pada umumnya, tapi bahkan lebih komprehensif. Selain itu ada pelajaran nutrisi, herbal, psikologi atau konseling, hidroterapi, fisioterapum homepati dan terapi-terapi lainnya. Dokter naturopati juga belajar melakukan bedah, tapi cuma minor saja, tidak seperti dokter bedah (medis),” ungkap Yulia yang juga seorang akuputuris dan praktisi pengobatan Tradisional China (TCM).

Dan seperti layaknya dokter medis, mereka juga tidak sembarangan bisa mengobati orang. Mereka harus menempuh pendidikan naturopati dari lembaga yang terakreditasi sebelum bisa berpraktek.

Kenapa ke Naturopati?

Karen Widiardhita, 39, mengatakan sudah 5 tahun belakangan selalu berkonsultasi ke dokter naturopati jika ada keluhan kesehatan. “Baik untuk saya, anak atau suami, kalau ada keluhan, saya ke dokter Amarullah, “jelasnya. Maksud Karen adalah Dr dr Amarullah H. Siregar, FBIHom, DIHom, DnMed, Msc, MA, PhD, seorang ahli naturopati yang juga seorang dokter yang membuka praktek di daerah Ragunan.

Awalnya suami Karen mengeluh sakit dan setelah tes medis di rumah sakit, terdeksi ada usus buntu. Namun setelah operasi, suaminya masih mengeluh sakit. Saat itulah Karen mencoba berkonsultasi ke dokter Amarullah. “Dokter mengatakan dia mengalami inflamasi tinggi. Dokter meresepkan obat dari kunyit dan boswellia. Setelah itu berangsur-angsur suami merasa membaik karena inflamasinya turun,”kenang Karen.

BACA JUGA: Resep: Sirup Probiotik Alami dari Jahe, Lemon, Madu