Apa itu Stroberi?

Stroberi adalah buah yang banyak diminati oleh orang dewasa maupun anak-anak.

Sayangnya, stroberi pun diketahui sebagai salah satu buah yang paling “beracun” karena praktik penanamannya.

Lebih khusus, kita harus memperhatikan Stroberi yang diimpor, karena praktik penanaman yang menggunakan pestisida berat ini umum dipraktikkan oleh negara-negara pengimpor stroberi.

Produksi Skala Besar Untuk Strawberry

Pada produksi stroberi skala besar, lahan perlu diasapi sebelum penanaman. Pengolah lahan biasanya menggunakan methyl bromide yang berguna untuk mensterilkan tanah sebelum stroberi ditanam.

Namun, karena bahan ini diketahui mengikis lapisan ozon atmosfer, di California ( 80% stroberi Amerika Serikat ditanam di California) bahan ini sudah banyak yang tidak menggunakan.

Hingga 2012, metil bromida sering digantikan oleh metil iodida. Sayangnya, menurut beberapa literatur, bahan ini bukannya lebih aman, namun lebih mengerikan.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan neurotoksin ini terkait dengan kanker dan keguguran.

Pestisida pengganti metil iodida, seperti 1,3- Dichloropropene, juga terkait dengan kanker.

Baca: California’s strawberry industry is hooked on dangerous pesticides

Pedagang Nakal Stroberi

Selain pestisida, pewarna juga menjadi salah satu isu yang membuat orang menghindari konsumsi stroberi. Pedagang nakal sering menambahkan pewarna agar stroberi kelihatan lebih menarik dan menggiurkan. Namun tentunya praktik curang seperti ini tidak sulit untuk diketahui.

Jika buah stroberi yang hendak dimakan berwarna sangat merah dan meninggalkan rona warna di tangan, Anda sudah bisa menebak kalau stroberi tersebut menggunakan pewarna buatan.

Menghasilkan Buah Stroberi Memang Sulit

Kalau kita ingin mengonsumsi stroberi yang aman, jalan keluarnya adalah memilih stroberi organik. Harganya mahal? Memang betul, namun itu bukan tanpa alasan karena menghasilkan buah stroberi organik memang sulit.

Ecopreneurship Soeparwan Soeleman, pendiri FAM Organik, menyatakan bahwa mengelola kebun stroberi yang “sehat” mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi.

Soeparwan mengatakan bahwa hama berpotensi berkembang lebih banyak pada jenis-jenis tanaman yang dipanen dalam jangka waktu lebih dari dua bulan. Stroberi sendiri baru bisa dipanen dalam waktu sekitar 3 bulan.

Apalagi, menurut Soeparwan, kebun stroberi biasanya merupakan monokultur sehingga hama mudah menyebar.

Hama sendiri merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam dunia perkebunan atau pertanian. “Ini yang kemudian membuat petani mudah “tergoda” menggunakan pestisida untuk mereduksi hama,” ujar penulis buku Halaman Organik ini.

Buah stroberi yang biasa dijual di pasaran memiliki terpaan terhadap bahan kimia yang semakin berat karena menurut Soeparwan terdapat obat yang disemprotkan ke buah, sehingga pada saat panen warnanya semakin menarik.

“Semua terpaan bahan kimia ini tidak bisa hilang hanya dengan mencuci buah. Kulit stroberi sangat tipis sehingga mudah menyerap berbagai hal dari luar,” ungkapnya.

Meski begitu Soeparwan tidak memustahilkan diproduksinya stroberi organik. Pria yang sudah mempelajari ilmu organik sejak 2009 ini mensyaratkan petani yang menanam stroberi organik harus mempunyai kompetensi yang tinggi.

Sikap yang Ditanam Dalam Diri Kita saat Menanam Stroberi

Karena menanam stroberi harus memiliki disiplin yang ketat, dan ilmu manajemen berkebun yang memadai. “Moralnya pun harus tinggi,” imbuhnya.

Untuk itu, jika ingin stroberi yang lebih aman, pilihlah yang organik dan lokal. Sebisa mungkin kita mengetahui pemasoknya, sehingga kita bisa menikmati stroberi minus racun yang tak berguna.

Salah satu penyedia stroberi yang dipercaya adalah Karunia Juice yang merupakan anggota Komunitas Organik Indoensia. Anda bisa melihatnya di direktori.  

BACA JUGA: Mari Makan Lebih “Bersih” 

BACA JUGA: Tips Makan Max Mandias, Mulai dari Buah