Food Waste di Indonesia

Sampah makanan merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia, bahkan dunia. Inilah jenis sampah yang paling mengenaskan. Indonesia menghasilkan sampah makanan sebesar 13 juta metrik ton per tahun. Artinya, rata-rata setiap orang di Indonesia menghasilkan 300 kg sampah makanan per tahun yang bisa memberi makan lebih dari 28 juta orang penduduk miskin di Indonesia.

Ironis bagaimana di satu sisi kita menghasilkan sampah makanan namun di sisi lain banyak saudara kita yang kelaparan.

Di dunia, menurut FAO, ada sekitar 14 persen makanan atau senilai $400 miliar yang hilang setiap tahun antara panen dan pasar eceran (FAO 2019). Pada saat yang sama, diperkirakan 17% makanan terbuang sia-sia di tingkat pengecer dan konsumen (UNEP, 2021)

Yang dimaksud sampah makanan bukan hanya tentang sisa makanan, makanan basi dan sejenisnya. Sampah makanan terbagi antara food waste dan food loss. Apa bedanya? Yuk disimak!

Apa Perbedaan Food Waste dan Food Loss?

Dua konsep ini sama-sama merujuk pada kehilangan makanan atau sampah makanan, tetapi memiliki perbedaan. Ada banyak definisi yang dapat menjelaskan tentang Food Waste dan Food Loss, tapi kita ambil saja salah satu penjelasan menurut FAO atau Badan Pangan Dunia.

Apa yang Dimaksud dengan Food Waste?

Menurut FAO, definisi food waste adalah penurunan kuantitas atau kualitas makanan akibat keputusan dan tindakan pengecer, penyedia layanan makanan, dan konsumen.

Jadi food waste merujuk pada kehilangan makanan yang terjadi pada tahap konsumsi atau di tangan konsumen. Makanan ini sudah melewati rantai pasokan makanan hingga berbentuk produk dan bisa dikonsumsi, namun dibuang atau tidak dimakan.

Contoh Food Waste:

  1. Sisa makanan di piring yang tidak dimakan dan langsung dibuang ke tempat sampah.
  2. Sayuran atau buah-buahan yang rusak atau berubah bentuk dan warna sehingga tidak enak dan tidak baik dikonsumsi.
  3. Roti yang tidak disimpan dengan benar hingga berjamur
  4. Makanan yang tidak disimpan dengan benar sehingga menjadi keras atau melempem.
  5. Makanan yang dibeli terlalu banyak sehingga tidak ada yang makan
  6. Makanan yang terbuang karena tidak sesuai dengan permintaan atau pesanan pelanggan.
  7. Biji-bijian atau kacang-kacangan yang basi atau lembap
  8. Bagian makanan yang sering tidak dimakan, seperti kulit ayam atau tulang sapi.
  9. Sisa bahan makanan seperti batang atau kulit sayur dan buah.
  10. Daging atau ikan yang tersimpan terlalu lama di kulkas sehingga rusak.

 

Sebuah akun di tiktok menggambarkan tempat pembuangan sebuah jaringan supermarket. Tampak tumpukan makanan berupa pisang, jagung dan makanan lainnya yang kelihatan baik dan layak untuk dimakan namun sudah dibuang.

@grab_it_fast Aldi Dumpster was full of them! #dumpsterdiving #omg #viral #free #donate #fyp #foryou ♬ original sound – GRAB IT FAST

Apa Yang Dimaksud dengan Food Loss?

Food Loss, menurut FAO mengacu pada penurunan massa makanan yang dapat dimakan pada tahap produksi, pasca panen dan pengolahan rantai makanan, kebanyakan di negara berkembang.

Jadi Food loss terjadi pada tahap produksi, pengolahan, dan distribusi makanan. Loss di sini merujuk pada kehilangan makanan yang terjadi sebelum produk makanan tersebut mencapai tangan konsumen akhir.

Misalnya, ketika sayuran yang belum dipanen mengalami kerusakan atau ketika buah-buahan yang sudah dipanen rusak atau hancur selama proses pengangkutan atau penyimpanan.

Food loss juga dapat terjadi pada tahap pengolahan makanan. Misalnya bahan makanan sudah diolah menjadi produk makanan namun karena tidak dapat dijual karena rusak atau tidak memenuhi standar kualitas. Food loss juga dapat terjadi pada tahap distribusi, ketika produk makanan rusak atau hilang selama pengiriman dari produsen ke pengecer.

Contoh Food Loss:

  1. Buah atau sayuran yang rusak atau terinfeksi hama selama proses pertanian atau panen.
  2. Hasil panen yang rusak dalam perjalanan dari ladang ke tempat pengolahan atau pasar.
  3. Buah atau sayuran yang tidak memenuhi standar kualitas pasar dan tidak diambil oleh pedagang atau pembeli atau kita kenal dengan sebutan “ugly produce”.
  4. Kehilangan hasil panen karena cuaca buruk, banjir, atau kekeringan.
  5. Buah dan sayuran yang rusak selama proses pengolahan, seperti pembersihan dan pemotongan.
  6. Produk susu yang terbuang karena terlalu cepat kadaluwarsa atau tidak memenuhi standar kualitas.
  7. Ikan atau makanan laut yang terbuang karena kurangnya fasilitas pengawetan.
  8. Produk makanan yang tidak memenuhi standar kualitas atau tidak disetujui oleh lembaga pemeriksa kesehatan.
  9. Buah dan sayuran yang terbuang karena persaingan harga yang ketat di pasar.
  10. Hasil panen yang terbuang karena kurangnya teknologi untuk memperpanjang masa simpan hasil panen.

Itulah perbedaan food waste dan food loss. Kita bisa turut terlibat dalam upaya mengurangi sampah makanan dari tindakan kecil sehari-hari. Bisa juga menggunakan aplikasi yang kini banyak bermunculan untuk turut menjadi solusi pengurangan sampah makanan.

Baca juga: 5 Aplikasi Ini Bantu Kamu Hindari Food Waste