Dunia nabati menyediakan begitu banyak pilihan untuk dikonsumsi. Kalau keju bisa dibuat dari kacang mede, bayangkan kemungkinan-kemungkinan apalagi yang bisa dieksplor dari olahan bahan makanan non-hewani?

Adalah Baker Barn produsen keju vegan yang memproduksi keju dari kacang mede dan baru berdiri sejak Juli 2019.  Konsep made-to-order yang dipilih oleh Baker Barn tidak lain untuk menjaga agar keju yang dibuat tetap fresh.

“Semua produk kami sama sekali tidak mengandung bahan pengawet. Jadi penting sekali untuk dibuat fresh dan dikonsumsi dalam waktu dua minggu sampai dua bulan, tergantung disimpan di kulkas atau freezer dan jenis varian keju yang dipilih,” jelas Ivana owner dan founder dari Bakern Barn, sembari menambahkan kalau ada  24 varian keju yang tersedia.

BACA JUGA: Kaia, Kemasan ramah Lingkungan dari Kulit Jagung

Selain tidak mengandung pengawet dan stabilizer, keunikan dan kelebihan Baker Barn adalah nilai artisanal dimana proses pembuatan kejunya tradisional dengan tangan oleh cheesemaker-nya langsung.

Lebih lanjut Ivana menjelaskan, untuk mendapatkan rasa keju yang pas, Baker Barn melakukan proses kulturisasi dengan probiotik alami. Proses ini memakan waktu sekitar 24-36 jam. Sebagian varian keju juga menjalani proses aging, seperti proses keju Eropa yang sebenarnya.

Baker Barn keju vegan

Contohnya goa keju dengan sistem penyimpanan seperti wine cave (penyimpanan anggur di bawah tanah yang secara alami memberikan kelembapan tinggi dan suhu dingin dan merupakan kunci untuk penyimpanan dan penuaan anggur) tapi ini adalah cheese cave.

“Ini yang kami lakukan dalam proses aging. Menumbuhkan cita rasa tertentu yang kami cari dengan menciptakan dan mengontrol  temperatur dan kelembapan cheese cave untuk keju-keju yang “di-age”. Dan proses aging memakan waktu 7 – 21 hari,” jelas Ivana lagi.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by BAKER BARN ????VeganCheeseJakarta (@baker.barn) on

Keju-keju yang dibikin di Baker Barn bukanlah keju instan, melainkan telah melalui sederetan proses yang mirip dengan proses pembuatan dairy cheese. “Bahan baku kami semuanya 100% nabati, dengan bahan utama kacang mede,” tambah Ivana.

Transisi untuk Menjadi Vegan

Keinginan untuk menciptakan pengganti keju dairy dengan cita rasa yang kaya dan bisa masuk ke lidah semua orang adalah alasan kenapa akhirnya Ivana memilih membangun Baker Barn. Ia ingin memberikan suatu pengalaman kuliner vegan yang menyenangkan dan melawan mitos bahwa makanan vegan itu kalah enaknya dibanding makanan non-vegan.

“Banyak yang bilang ‘melepas’ daging tidak sesusah ‘melepas’ keju. Jadi kalau ada keju vegan yang enak dan bisa digunakan untuk membuat aneka resep berbasis keju, this is a game changer,” kata Ivana bersemangat.

Dari 24 varian keju yang tersedia, beberapa yang menjadi bestsellers adalah Double Crème Brie, Smoked Jalapeño, Dalí’s Camembert dan King of The North.

Double Crème Brie adalah keju oles yang rasanya mild dan gurih. Pilihan “aman” yang umumnya disukai semua orang. Smoked Jalapeño sendiri diumpamakan seperti tarian flamenco. Perpaduan cita rasa manis, asin, pedas yang sangat smoky hot!

BACA JUGA: Mari Makan Lebih “Bersih”!

Sedangkan Dalí’s Camembert terinspirasi oleh lukisan Salvador Dalí yang bertajuk  Persistence of Memory. Di lukisan tersebut Dalí menggambarkan jam-jam meleleh terkena terik matahari. Banyak orang menganggap lukisan tersebut terinspirasi Teori Relativitas Albert Einstein. Tapi Dalí mengakui keju Camembert meleleh adalah inspirasi beliau sesungguhnya. Dalí’s Camembert Baker Barn, selain enak dimakan langsung, juga akan meleleh dengan indah jika dimasukkan dalam oven toaster.

Buat Anda penggemar serial Game of Thrones, King of The North terinspirasi dari karakter Jon Snow. Kejunya memiliki nadi hitam dengan aroma truffle yang kuat dan seperti kayu yang terbakar, dengan esensi gurih yang mendalam.

King of The North

Terkait dengan semakin banyaknya café dan produsen yang menawarkan menu vegan, menurut Ivana ini adalah pertanda baik. Buatnya pribadi, veganisme bukan sekadar tren, tapi memang dunia sedang mengarah ke sana.

“Kalau Anda peduli lingkungan atau peduli kesehatan atau peduli animal rights, Anda akan memilih veganisme,” tegas Ivana.

Harapan Ivana, akan semakin banyak orang mau membuka hati untuk mempelajari lebih lanjut mengapa veganisme adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan seorang manusia untuk mengurangi carbon footprint-nya.

 

Sejauh ini, walaupun masih sangat baru, Baker Barn mendapat tanggapan positif dari para konsumen. Baik dari kalangan vegan maupun non-vegan. Kalau dari kalangan non-vegan, mereka suka saja sama rasa kejunya. Jadi mereka beralih dari yang tadinya mengonsumsi keju dairy, sekarang memilih keju vegan.

Selain itu, keju di Baker Barn menjadi pilihan alternatif buat para non-vegan yang lactose intolerant (dari dewasa hingga balita), para Ibu menyusui yang bayinya lactose intolerant, dan orang-orang dengan masalah kesehatan autoimun atau ASD (Autism Spectrum Disorder) yang biasanya dianjurkan dokter mengonsumsi makanan yg bebas gluten dan bebas kasein (gluten-free & casein-free).

Siap untuk mengoleskan rotimu dengan keju dari Baker Barn?

BACA JUGA: Uma Uma Eatery & Shop: Healthy and Instagrammable Meals