Jika membahas kesehatan mental, kebanyakan dari kita akan berpikir tentang stres, depresi, atau, kasarnya, gila. Bagi masyarakat Indonesia, kesehatan mental ini masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Masih banyak stigma dan diskriminasi. Sehingga tidak banyak orang yang menyadari pentingnya kesehatan mental diri sendiri ataupun orang-orang sekitar.

Padahal, isu ini menjadi semakin dekat dengan kita yang tinggal di kota-kota besar dan memiliki rutinitas hidup yang padat. Kemacetan, polusi udara, cuaca, dan tuntutan pekerjaan mengharuskan kita untuk hidup tidak hanya dengan fisik yang sehat tetapi juga mental yang kuat.

Co-Founder Komunitas Get Happy, Caecilia Dee Tedjaprawira berbagi pengalaman dan pemahaman tentang pentingnya kesehatan mental dalam talkshow bertema, “Seberapa Sehat Mental Anda?” di acara Healthy Living Festival, Plaza Semanggi, Kamis, 26 Oktober 2017.

Kesehatan Fisik dan Mental Tak Terpisahkan 

Menurut Dee, begitu ia disapa, banyak orang sangat peduli terhadap kesehatan fisik mereka dan berlomba-lomba untuk hidup lebih sehat setiap harinya, tetapi hanya sedikit yang juga peduli akan kesehatan mental. Padahal kesehatan fisik dan mental merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang harus dilihat dari kacamata holistik, menyeluruh, dan tidak terpisahkan.

“Kalau olah raga dan pola makan sehat membuat fisik kita lebih fit, manajemen stres dan emosi membuat mental kita lebih siap menghadapi berbagai kondisi lingkungan sekitar setiap harinya. Tetapi, tidak bisa dipungkiri kalau fisik yang sehat akan memudahkan kita untuk punya mental yang sehat juga.

Hal ini karena kesehatan mental sangat dipengaruhi oleh hormon-hormon yang pembentukannya dibantu oleh asupan nutrisi yang cukup dan pola hidup sehat. So, if your body feels better, you also feel better, a lot.” jelas Dee.

Selain itu, menurut penelitian WHO, tidak ada seorangpun yang 100 persen “lolos” atau sehat secara mental di sepanjang hidupnya. Setiap orang, dalam seluruh episode hidupnya, pasti pernah lebih dari satu kali mengalami stres, depresi, atau isu kesehatan mental lainnya.

Isu ini memiliki spekrum yang sangat luas, mulai dari gangguan kepribadian, tingkat stres, hingga anak-anak berkebutuhan khusus karena ketidakseimbangan neurotransmitter di otak, hingga gangguan perkembangan otak. Kesadaran setiap orang akan ganguan kesehatan mental dan cara penangannya sangat diperlukan untuk membantu diri kita sendiri dan orang-orang sekitar.

Karena kesehatan mental, walau tak terlihat, sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sama, tidak kurang, tidak lebih. Banyak ahli juga mengatakan bahwa kebanyakan penyakit di tubuh akar permasalahannya adalah ketidakseimbangan emosi, dan itu bukan mitos belaka.

Gangguan psikis bisa diatasi dengan obat-obatan tertentu, seperti obat jenis SSRi, atau terapi alternatif seperti terapi seni, terapi wicara, terapi menulis, TAT, Bach Flower Remedies, dan banyak macamnya. Ada juga yang merasa seimbang dengan meditasi dan akupuntur.

“Jika di Amerika orang-orang lebih banyak menggunakan obat-obatan atau bantuan medis, di Eropa lebih banyak menggunakan terapi,” Jelas Dee.

Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan belajar hidup lebih sadar diri, tidak egois, dan tidak terbawa arus, lebih “live at the present time”, atau “napak Bumi” yang lebih dikenal dengan mindfulness. Relaksasi dan memiliki outlet emosi yang sehat juga disarankan.

Mari ambil satu contoh, meditasi. Meditasi yang pada dasarnya olah napas dan fokus membantu kita untuk berhenti sejenak, menyadari kondisi yang sebenarnya di sekitar kita, dan mengembalikan ritme hidup kita yang kadang-kadang berjalan terlalu cepat.

“Ritme hidup orang-orang kini menjadi semakin cepat seiring dengan semakin cepatnya koneksi internet kita,” canda Dee.

“Maka, demi kesehatan mental yang lebih baik, selain olah raga dan makan makanan sehat, kita juga perlu untuk sign out sejenak untuk membangun ulang koneksi dengan sekeliling kita,” lanjutnya.

BACA JUGA: Deepak Chopra Memulai Kampanye Kesehatan Mental