Orang Indonesia Sudah Pasti Mengenal Superfood Terjangkau: Tempe

Umumnya Orang Indonesia pasti mengenal Tempe. Namun belakangan ini, Tempe makin naik daun karena kita kembali disadarkan betapa banyak manfaat makanan lokal yang harganya pun murah ini.

Selain itu, Tempe juga semakin sering digadang-gadang oleh kalangan penggiat kesehatan di luar negeri sebagai “superfood” yang membuat Tempe (atau “tempeh”) makin populer dan menjadi salah satu makanan bagi mereka yang menjalankan plant-based diet.

Berbagai merek tempe dalam kemasan menggemaskan juga bermunculan di luar negeri, seperti Tiba tempeh, Plant Power dan masih banyak lagi.

Tiba TempeTempe Plant Power

 

 

 

 

 

 

Di Indonesia sendiri, meski Tempe dikenal sebagai makanan sehat, kebersihannya sering dipertanyakan, karena sayangnya belum ada standar proses pembuatan atau kebersihan yang dijalankan oleh para pengusaha Tempe.

Buat Tempe Oleh Tangan Sendiri (Homemade)

Soal kebersihan ini dibenarkan oleh Agus Priyanto, laki-laki yang dikenal sebagai artisan Tempe Indonesia. Sudah lebih dari lima tahun, Agus telah menekuni tempe dan rajin berbagi ilmu cara membuat tempe agar orang bisa membuatnya sendiri, seperti ketika ditemui Paprika Living di workshop “Bikin Tempe Sendiri” yang diadakan di Pasar Langsat yang diadakan Warung Kebunku.

“Saya tidak mengatakan semuanya tidak bersih. Tapi yang saya lihat, umumnya pembuatan tempe itu kedelai direndam 5 jam lalu direbus. Besoknya baru diproses, terus tidak dimasak lagi, ditiris, lalu diragi. Kalau saya, dua kali rendam dan dua kali rebus, karena tiap rendaman pasti ada bakteri,” ujar Agus.

“Bakteri pathogen kan ada di udara dan di air. Tapi untuk pengusaha Tempe yang ingin lebih ekonomis dan lebih cepat, biasanya tidak direbus lagi. Tempe itu sehat, tapi lebih sehat bikin sendiri. Karena kita tahu bahan-bahannya, tahu prosesnya,”sambungnya lagi.

Cara membuat Tempe Agus
Ternyata Membuat Tempe Tidak Sulit

Cara Makan Tempe Yang Sehat

Agus pun sering mengedukasi orang agar makan Tempe “mentah” (sebenarnya sebutan Tempe mentah tidak terlalu tepat, karena sebenarnya Tempe adalah produk yang sudah melalui proses fermentasi).

Agus menyarankan agar Tempe dimakan begitu saja agar kita mendapat manfaat probiotiknya secara optimal, karena ia percaya kita harus memiliki asupan probiotik setiap hari.

“Kenapa? Karena probiotik dalam tubuh kita akan tidak seimbang sejalan dengan usia, pola makan. Supaya ketersediaan bakteri dalam usus kita itu terjaga, perlu asupan sehari-hari.

BACA JUGA : Tempe – Superfood Murah, Sederhana, Sarat Manfaat

Kita tahu bahwa ada koneksi antara Gut and Brain, maka pencernaan sering dikatakan sebagai otak kedua.

Itu sebabnya asupan probiotik sangat kita perlukan. Nah tempe cukup untuk itu. Misalnya makanlah 100 gram sehari.

Dari awal saya selalu mengedukasi orang untuk makan tempe “mentah”, daripada dikukus atau digoreng,”jelas Agus. Ia sendiri mengaku sudah rutin mengonsumsi Tempe “mentah” di pagi hari saat perut kosong.

Tempe Organik Probiotik
Tempe baik sebagai asupan probiotik. Foto: Bunga Sirait

“Ibu-ibu pasti mau kan kulitnya halus? Ya makan Tempe,” sambung Agus yang disambut tawa peserta.

Agus tidak bercanda, karena Tempe memang telah terbukti dapat meningkatkan produksi estrogen dalam tubuh yang dapat menyebabkan, antara lain, kulit yang lebih halus.

Pertanyaan yang Sering Ada di Benak Ibu-Ibu, “Benda Kehitaman” pada Tempe

Masih banyak ilmu yang dibagikan Agus hari itu, termasuk sejumlah pencerahan tentang Tempe yang menjawab pertanyaan yang sering ada di benak ibu-ibu.

Salah satunya adalah pertanyaan tentang benda kehitaman yang terkadang ada pada Tempe.

“Image orang awam hitam itu basi atau rusak. Sebenarnya hitam-hitam di jamur itu adalah spora.

Ibarat tanaman, hitam-hitam itu buahnya. Kalau mau bikin tempe dijadikan ragi, jutsru yang hitam-hitam itu yang dijemur. Jadi bukan tanda kalau Tempe itu rusak,”pesan Agus.

Siang itu para peserta workshop pun pulang membawa Tempe yang belum jadi di dalam kantong-kantong kecil. Setelah dua hari, Tempe sudah bisa dipanen!