Ketika ada pertanyaan “Gimana sih cara buang masker yang benar?” Saya sungguh berharap kamu bukan orang-orang yang menjawab “Ya dibuang ke tong sampahlah…” Karena percayalah, ada orang-orang yang kalau ditanya, ya begitu jawabannya… 

Emangnya kenapa sih masker? karena masker (dan sarung tangan) bukan sampah biasa, tapi masuk kategori Bahan Beracun Berbahaya (B3), yang perlu dikelola khusus. Penggunaan masker sekali pakai sebagai bagian dari protokol kesehatan menimbulkan masalah sampah baru dan membuangnya sembarangan dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan membahayakan kesehatan kita.

Studi terbaru memperkirakan, manusia sekarang menggunakan 129 miliar masker wajah setiap bulan di seluruh dunia. Jika satu bulan terdapat 31 hari, maka terhitung penggunaan rata-rata masker sekali pakai sekitar 2,8 juta masker per menit, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering.

Kebanyakan masker yang digunakan masyarakat terbuat dari plastik mikrofiber. Seperti plastik, masker berbahan dasar polimer rantai panjang sangat sulit terurai di lingkungan. Selain itu, jika tidak dikelola dengan baik, masker akan akan menjadi limbah infeksius.

Mungkin sama seperti kamu, saya sendiri cukup sering melihat masker tergeletak di pinggir jalan. Seperti sampah plastik lainnya, jika tidak dibuang untuk didaur ulang, masker sekali pakai dapat berakhir di sistem air tawar, dan lautan yang pada gilirannya akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan makhluk hidup. Di sinilah pelapukan dapat menghasilkan sejumlah besar partikel berukuran mikro (lebih kecil dari 5 mm) dalam hitungan minggu dan fragmen lebih lanjut menjadi nanoplastik (lebih kecil dari 1 mikrometer).

Penampungan Masker Bekas

Meski potensi masalah polusi masker ini begitu besar, hingga kini belum ada panduan resmi bagaimana dan kemana membuang sampah yang benar, apalagi cara mendaur ulang masker.

Kabar baiknya, ada beberapa organisasi yang siap menampung sampah masker sekali pakai, nih, yaitu:

1. Dumask Indonesia

Dumask adalah sebuah penelitian kolaboratif para peneliti dari UGM, ITB, UNS, UNAIR yang juga didukung oleh peneliti dari UAD, Politeknik ATK, UJB, dan UP45. Dumask.id menyediakan jalur pembuangan masker dan sarung tangan bekas dari masyarakat umum yang aman dan ramah lingkungan.

Masker bekas dikumpulkan lewat dua cara, yakni ditaruh di drop box dan dikirimkan ke Dumask. Saat ini, drop box baru tersedia di wilayah Jogja dan Solo.

Foto: PingPoint

2. Yayasan Upakara Persada Nusantara

Yayasan ini menampung sampah masker rumah tangga yang akan dikirimkan ke LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Masker sekali pakai yang banyak digunakan selama masa pandemi Covid-19 berbahan plastik dan jenis yang banyak ditemui adalah Polipropilen (PP). Materi ini didaurulang oleh LIPI menjadi produk-produk yang bermanfaat seperti pot hidroponik, bak sampah, kantong sampah dan lain lain.

Yayasan Upakara Persada Nusantara (UPN) saat ini mengumpulkan limbah masker yang berasal dari Jakarta dan Bandung. Masker yang diterima adalah masker dari perumahan, apartemen, dan perkantoran. Jadi bukan masker yang berasal dari rumah sakit atau yang digunakan pasien Covid-19.

Untuk mengirimkan sampah ke UPN, kamu perlu mendisinfeksi dulu masker yang sudah dipakai. Agar tertib, kamu juga perlu mengisi form dan hanya partisipan yang sudah mendapat nomor registrasi yang bisa mengirimkan sampah maskernya.  

Sebelum mengirim masker, ikuti dulu prosedur pengumpulan masker ya

BACA JUGA: Kalau Bisa Isi Ulang, Kenapa Tidak?