Kini makin banyak pelancong yang berlibur tidak hanya merencanakan aspek senang-senangnya saja, namun juga memikirkan aspek lingkungan dari perjalanan mereka. Menurut keyakinan kami, kebanyakan mereka adalah generasi muda, yang menurut berbagai survei memang selangkah lebih maju dalam soal perjalanan berkelanjutan ini.

Sebuah survei 2020 misalnya, mengungkapkan bahwa baik Gen Z maupun millennial lebih peduli akan pentingnya perjalanan ramah lingkungan dibandingkan generasi lainnya.

Perhatian dalam perjalanan berkelanjutan ini memang sangat dibutuhkan. Pada skala global, transportasi menyumbang 15-20% dari emisi tahunan. Meskipun sulit untuk melihat bagaimana perjalanan bisa berkelanjutan, ada berbagai upaya yang sedang dilakukan yang mengubah industri perjalanan menjadi lebih ramah lingkungan.

Bepergian dengan pesawat adalah cara yang paling tidak berkelanjutan untuk bepergian. Pesawat terbang membutuhkan banyak bahan bakar, jadi masuk akal jika industri penerbangan digolongkan sebagai pencemar serius. Kabar baiknya, beberapa maskapai sedang berjuang menuju keberlanjutan.

Virgin Atlantic telah membuat langkah ramah lingkungan sejak 2008, dan maskapai ini bertekad untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050. United Airlines sedang bereksperimen dengan bahan bakar nabati, yang bisa menjadi game changer untuk dunia penerbangan. Maskapai Delta berkomitmen untuk netralitas karbon, dengan menggelontorkan anggaran sebesar lebih dari $30 juta untuk membantu mengimbangi 13 juta metrik ton emisi Delta 2020.

Kita berharap maskapai Indonesia juga terinspirasi untuk melakukan upaya serupa ya!

Google Flights untuk memilih penerbangan yang ramah lingkungan

Meskipun naik pesawat adalah cara bepergian yang paling banyak menghasilkan karbon, banyak kebutuhan yang sulit atau tidak bisa tergantikan dengan moda transportasi lain. Kabar baiknya, meski tetap naik pesawat, kita bisa memilih penerbangan yang paling ramah lingkungan dengan bantuan Google Flights.

Kursi penumpang pesawat
Makin lega kursi kamu ternyata makin banyak menimbulkan emisi.

Kamu tinggal mengisi titik keberangkatan dan tujuan, lalu Google Flights akan menampilkan semua maskapai penerbangan, kalender, koneksi, dan harga di satu tempat. Tidak hanya itu, dia juga menyediakan fitur yang memberi tahu kita tentang emisi karbon setiap penerbangan. Kamu juga bisa memfilter perjalanan kamu hanya berdasarkan buangan karbon yang diciptakan masing-masing maskapai.

Google Flights juga menjelaskan bagaimana cara mereka menghitung emisi karbon, yaitu tergantung beragam faktor misalnya saja tahun produksi pesawat. Sebagian besar pesawat baru mengeluarkan lebih sedikit karbon daripada pesawat yang lebih tua. Faktor lainnya adalah soal jumlah kursi. Kursi premium menghasilkan lebih banyak emisi daripada kursi ekonomi karena memakan lebih banyak ruang.

Bagaimana memakai Google Flights

Buka Google Flights dan cari penerbangan yang kamu inginkan. Di bawah tab filter/penyortiran, klik “Emissions/CO2emisi” untuk menampilkan total emisi karbon dalam kilogram untuk setiap penerbangan.

Google emisi penerbangan

Pengguna dapat melihat analisis emisi melalui kode warna. Google memberi label penerbangan dan kursi yang lebih berkelanjutan dalam teks hijau. Penerbangan berwarna hijau mungkin diberi label emisi -10%, yang berarti mereka mengeluarkan karbon 10% lebih sedikit daripada penerbangan biasa dengan jarak yang sama.

Sebagai contoh, kami mencari penerbangan Jakarta-Singapur. Dari hasil pencarian tertera emisi yang dihasilkan Garuda Indonesia dalam penerbangan ini misalnya sebesarny 87Kg CO2. Sementara penerbangan dengan tujuan yang sama, namun memakai Singapore Airlines (baris ke-3) digolongkan sebagai penerbangan yang lebih sustainable karena menghasilkan 75Kg Co2 atau 10% lebih sedikit emisi.

Nah sekarang kita tidak kesulitan lagi menemukan penerbangan yang lebih berkelanjutan. Coba yuk isi dengan tujuan kota yang ingin kamu datangi liburan mendatang!

BACA JUGA: Sudahkah Kamu Menjadi Traveler yang Bertanggung Jawab?