Untuk mengisi liburan sekolah, beberapa waktu lalu saya mencari destinasi wisata yang bisa mengakomodir kesenangan semua anggota keluarga: saya, suami dan anak-anak. Jadi sudah pasti bukan tempat liburan yang jedag-jedug.

Hampir setiap kali berlibur saya maunya pergi ke tempat yang bisa berlama-lama di alam. Alasannya, kedua anak saya kelihatan menikmati sekali kalau dibawa ke alam bebas, dan saya sangat menikmati melihat mereka menikmati alam. Tanpa instruksi, biasanya anak-anak langsung saja dapat ide permainan sendiri kalau di alam.

Makanya membawa mereka ke tempat wisata alam sangat masuk akal, entah ke hutan, pulau, pantai, gunung, dan semacamnya. Dengan berita kemacetan dimana-mana, saya mencari tempat yang tidak terlalu jauh dari Jakarta dan jatuhlah pilihan ke Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Kebetulan, saya belum pernah mengeksplor Pelabuhan Ratu, tepatnya Pantai Legon Pari yang masuk ke dalam wilayah Desa Sawarna.

Perjalanan kami memakan waktu sekitar lima jam dari Jakarta, mungkin bisa lebih cepat kalau saja Pasar Sukabumi tidak macet tanpa alasan yang jelas. Kami melewati Pantai Karang Hawu yang rupanya jadi obyek wisata yang dipadati pengunjung, lalu melewati juga daerah Cimaja yang dikenal sebagai tempat surfing lokal dan internasional. Jadi lokasinya ada di paling ujung.

Menginap di Legon Pari Beach Resort

legon pari pemandangan laut
Kamar-kamar dengan pemandangan langsung ke laut 

Legon Pari Beach Resort, tempat menginap kami hanya selangkah saja dari pantai. Seperti penginapan di Bali yang punya pantainya sendiri, tapi tidak full private karena saya juga lihat ada penduduk dan pengunjung yang bukan tamu hotel ikut menikmati pantai.

Legon Pari merupakan teluk yang berbentuk U. Konon di pantai ini dulu banyak ditemukan populasi ikan Pari, makanya dinamakan demikian. Karena letaknya yang tersembunyi, kalau mau ke sini memang harus ada usaha lebih. Maka itu, enaknya, pantainya relatif sepi sehingga nyaman buat yang mau bersantai, leyeh-leyeh sambil berjemur melihat anak-anak mengejar dan dikejar ombak. Pasirnya putih dan lembut, ombaknya pun bersahabat, sehingga tidak was-was membiarkan anak-anak bermain.

Walaupun saya menemukan sampah kemasan sachet dan kemasan styrofoam mie instan terselip di bebatuan, secara keseluruhan pantai ini bisa dibilang terjaga kebersihannya.

Ombak Bersahabat, Cocok untuk Belajar Surfing 

Legon Pari Resort punya view ke dua bagian pantai. Pantai yang terbuka ini ombaknya menengah, sehingga cocok untuk belajar surfing.

Setidaknya itu yang dikatakan Kang Egi, seorang guru surfing yang saya temui hari itu.

“Untuk yang baru belajar, lebih aman di sini. Kalau di Cimaja, ombaknya lebih besar,”katanya. “Belajar bisa mulai dari kecil, saya banyak mengajar anak-anak mulai dari 9 tahun,”lanjut Kang Egi yang tampak hari itu mengajar anak-anak dari keluarga Jepang.

Di kompleks penginapan terlihat beberapa keluarga, peselancar, ada juga pasangan (ketenangan di tempat memang cocok banget buat yang honeymoon).

Ada sekitar delapan kamar berjejer dengan pemandangan menghadap lautan samudra Hindia. Kalau ditarik garis lurus sekitar 350 km, dari tempat ini kita akan menemukan Christmas Island milik Australia.

Di pantai ini, ombak bergulung-gulung dan suaranya yang menghantam karang terdengar kencang, bahkan sampai ke dalam kamar.

Dari awal, penjaga hotel sudah wanti-wanti kalau untuk pantai di depan kamar ini kami hanya bisa main pasir. Jangan coba-coba berenang karena katanya sudah ada beberapa tamu hotel yang jadi korban, alias hilang terseret ombak…

Penginapan Legon Pari Pelabuhan Ratu
Kolam renang dengan view pantai
Pemandangan pantai Legon Pari
Senja di Pantai Legon Pari
Legon Pari Resort Pelabuhan Ratu
Taman asri dan luas bisa banget buat grounding 
Legon Pari Resort
Puas di pantai lanjut ke kolam berenang
wisata anak bermain pasir di pantai
Asyik bermain pasir putih dan lembut
Surfing Legon Pari Pelabuhan Ratu
Ombak menengah cocok buat peselancar pemula

Pantai Legon Pari

Legon Pari Beach resort punya posisi yang menarik sehingga tak perlu keluar lagi untuk mencari kesenangan. Setidaknya untuk tipe seperti saya dan keluarga. Setelah puas bermain di pantai, masih bisa berenang (airnya tidak dingin) atau grounding di taman yang luas dan terawat sambil memperkenalkan pada anak-anak binatang atau tanaman yang kami temui.

Malamnya bisa baca buku, merenung sambil menikmati lampu-lampu yang berpendar dari kapal para nelayan pemberani yang sedang bekerja. Atau bisa juga sambil menikmati keindahan langit berbintang yang sudah lama tak saya dapatkan di langit berkabut polusi di Jakarta.

Tapi kalau ada waktu lebih, ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi antara lain Cileteuh Geopark, Curug Larangan, dan Geyser (batu semburan air panas) di Cisolok.

Untuk kamarnya sendiri, bisa dibilang sederhana dan tidak ada yang istimewa. Di dalam kamar disediakan satu buah tempat tidur, satu meja, satu colokan listrik. Di kamar mandinya ada shower yang sepertinya perlu diperbaiki, satu ember, dan water heater. Kamar juga dilengkapi AC dan ada wi-fi. Jadi kalau kamu mengharapkan kamar yang instagrammable, rasanya bukan di tempat ini.

Saya tidak tahu apa karena temboknya tipis atau ombaknya yang begitu besar, malam pertama saya tidak bisa tidur karena seolah-olah saya tidur persis di pinggir laut.

Saran saya kalau bisa pilih kamar lain selain nomor 6 (kamar yang saya tempati), karena posisinya berhadapan dengan karang besar sehingga suara deburan ombaknya yang menghantamnya lebih keras dibanding ombak biasa.

Hotel menyediakan makanan yang bisa dibeli dengan menu seadanya. Umumnya aneka seafood yang berkisar 50 ribuan per porsi dan tentu saja ada nasi goreng.

Kalau berhari-hari menginap mungkin bisa bosan juga, sementara kalau mau pesan lewat aplikasi, yang paling dekat perlu sekitar 40 menit. Saya jadi mengerti kenapa tetangga saya, keluarga Korea membawa kompor lengkap dengan panci kuningnya untuk memasak ramyeon yang baunya sampai ke teras saya.

Terima Kasih Legon Pari untuk energi yang menenangkan sekaligus menyegarkan pikiran. Kalau ada kesempatan lain, saya akan datang lagi tapi kali ini dengan kompor dan bahan makanan sendiri.

 

BACA JUGA: Apakah Sunscreen Kamu Merusak Terumbu Karang? Coba Cek Kandungannya!