Tas ini sering diperkenalkan dibilang sebagai “tas ramah lingkungan”, setidaknya itu yang mereka bilang kalau saya lagi belanja di supermarket.

Ketika kira-kira tas belanja sudah hampir penuh semua sementara barang ternyata masih banyak, mbak atau mas kasirnya biasanya akan mengatakan : “Mau pakai kardus atau mau beli tas ramah lingkungannya kakak?”

Nama teknis tas yang sering ditawarkan itu adalah Polypropylene non-woven atau lebih sering disebut tas spunbond.

Tahu kan tas spunbond? Dari jauh kelihatan seperti tote bag yang terbuat dari kain, tersedia dalam berbagai warna, dan kalau dilihat lebih dekat kita bisa lihat ada titik-titiknya. Seperti di bawah ini:

Foto: a. Non Woven PP Bag/spunbond

Foto b. Tas Spunbond dilihat dari dekat

Tas spundbond banyak dipakai sebagai kantong souvenir, tas goodiebag untuk ulang tahun atau di toko-toko. Biasanya digantung di dekat kasir, kemungkinan besar ditujukan untuk mereka yang lupa bawa tas belanja sendiri atau yang tidak cukup seperti kejadian saya di atas.

Tapi apa benar tas spundbond itu lebih “ramah lingkungan” daripada kantong plastik? Pertanyaan yang sama juga untuk tas katun. Apa iya karena materinya bukan plastik atau setidaknya tidak terlihat seperti plastik (spunbond misalnya), lantas tas-tas itu sudah pasti lebih “hijau”?  Atau karena reputasi plastik yang sangat buruk, kita lebih nyaman untuk berpikir kalau alternatif lain sudah pasti lebih sustainable? Belum tentu!

Mari kita telusuri…

Kantong Plastik

Meski manfaatnya besar (salah satunya untuk dunia medis), reputasi buruk plastik telah membuatnya sebagai ancaman global. Setiap tahunnya, diantara volume sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton, sekitar 15% nya adalah sampah plastik. 

Sampah plastik dikatakan sebagai ancaman dunia modern karena ia tersebar di jalan, sungai, laut, yang membahayakan kehidupan binatang dan pada gilirannya manusia juga. Plastik bisa terurai namun dalam jangka waktu yang sangat lama hingga ratusan tahun, meski baru-baru ini ada penelitian yang mengungkapkan bahwa ada plastik yang ternyata terurai lebih cepat daripada yang diperkirakan selama ini.

Umumnya kantong plastik belanja adalah high-density polyethylene (HDPE). Plastik belanja ini memiliki carbon footprint yang lebih rendah dibanding kantong kertas dan tas reusable – jika tas reusable tidak dipakai berulang-ulang, dan beberapa studi juga setuju mengatakan kantong plastik lebih baik untuk lingkungan dibanding kantong kertas.

Meski begitu, fakta bahwa plastik diambil dari minyak bumi yang jumlahnya terbatas, dan karena semakin terbatas, mengambilnya terus menerus pasti akan berdampak buruk juga pada lingkungan.

Selain plastik konvensional, sekarang kita juga memiliki alternatif plastik berbahan nabati yang akan terurai dengan sempurna dan plastik berteknologi oxium yang dapat terurai lebih cepat.

Kantong Kertas  (Paper bag)

Kantong yang terbuat dari kertas sekilas terasa seperti pilihan yang baik, karena ia akan terurai, bisa didaur ulang habis itu dijadikan kompos. Tetapi dalam kuantitas banyak, produksi kantong kertas ternyata membutuhkan banyak air, bahan bakar dan ada pohon-pohon yang ditebang.

tas belanja kertas

Menurut sebuah studi, pembuatan kantong kertas memerlukan air empat kali lebih banyak dibanding yang diperlukan untuk membuat kantong plastik. Kantong belanja juga banyak yang tidak terbuat dari bahan daur ulang karena kertas baru memiliki serat yang lebih panjang dan kuat. Tentu ini belum termasuk pembahasan soal tinta (yang banyak mengandung bahan merugikan untuk lingkungan) yang dipakai untuk mencetak tulisan di paper bag.

Tas Pakai Ulang (Reusable Bag)

Tas ini bisa terbuat dari berbagai macam material, namun yang umum ditemui ada dua, yaitu bahan katun dan non-woven polypropylene (PP) / spundbond.

Meski terlihat lebih ramah lingkungan, kuat dan dapat terurai, dalam proses pembuatannya, tas katun memerlukan banyak air dan pestisida secara intensif. Berbagai studi mengungkapkan bahwa pestisida kimiawi lebih banyak digunakan dalam perawatan bunga kapas dibanding tanaman lain.

Dikatakan juga bahwa 16% dari penggunaan insektisida global digunakan untuk pertumbuhan kapas. Banyak juga, yah….

tas-belanja kain

Tas Non-woven PP diciptakan untuk lebih tahan dibanding kantong plastik dan dirancang untuk dipakai ulang. Namun yang perlu kita ingat, tas jenis ini kualitasnya beda-beda. Ada tas non-woven yang kualitasnya rendah, bahannya tipis, mudah robek atau talinya gampang putus, sehingga sebelum bisa dipakai berkali-kali sudah rusak duluan.

Jadi, tas ini tidak selalu bisa dibilang ramah lingkungan.

Lalu, mana kantong yang paling “ramah lingkungan” untuk digunakan?

Jawabannya sebenarnya bukan soal materinya, tapi tergantung perilaku atau pola konsumsi kita.

Seberapa konsisten atau telaten kita untuk menggunakannya secara maksimak.  Artinya, tas ramah lingkungan yang kamu beli sebenarnya baru bisa dibilang “ramah lingkungan” kalau kamu sudah menggunakannya secara maksimal.

macam macam tas ramah lingkungan

Produk yang diciptakan untuk dipakai lebih lama membutuhkan lebih banyak sumber daya dalam proses pembuatannya, dengan demikian dia juga akan menciptakan lebih banyak dampak terhadap lingkungan.

Sebuah laporan menghitung berapa frekuensi penggunaan berbagai jenis kantong yang diperlukan untuk mengurangi atau menetralisir potensi global warming yang telah diciptakannya.

Mari lihat beberapa diantaranya:

  • Kantong LDPE 

Digunakan ulang minimal 1 kali

  • Kantong PP, non-woven

Digunakan ulang minimal 6 kali hingga 52 kali

  • Kantong PP, woven

Digunakan ulang minimal 5 kali – 45 kali

  • Kantong Polyester

Digunakan ulang minimal 2 kali – 35 kali

  • Kantong kertas yang sudah diputihkan

Digunakan ulang minimal 1 kali – 43 kali

  • Tas katun

Digunakan ulang minimal 52 kali hingga 7,100 kali

  • Tas katun organik

Digunakan setidaknya 149 kali hingga 20,000 kali

Dari perhitungan di atas kita bisa lihat soal tas katun organik. Untuk mencapai pemakaian sebanyak 20,000 kali, berarti tas itu harus digunakan setiap hari selama kurang lebih 55 tahun agar “impas” dengan semua total energi yang dikeluarkan untuk memproduksinya.

Jadi kalau kamu bisa telaten memakainya selama itu, barulah tas katun organik itu bisa dibilang ramah lingkungan.

Tapi kalau kamu membelinya dan hanya menggunakannya sekali dan di lain waktu membeli lagi yang baru, dan seterusnya hingga menumpuk di rumah, itu seperti kamu mengoleksi tas jadinya, bukan melakukan melakukan perubahan.

Nah, kalau kamu sedang mencari tas belanja, pastikan untuk mempertimbangkan berbagai aspek ya, baik materialnya, asalnya, fungsi yang kamu butuhkan, dan komitmen kamu untuk menggunakannya secara maksimal. Yang paling baik tentunya adalah memakai tas yang sudah kamu punya. Ya, bahkan kalau itu adalah kantong plastik!

Jadi pada akhirnya yang akan membuat perubahan itu bukan soal jenis material tas yang kita miliki,  tapi perilaku kita.

BACA JUGA: 6 Miskonsepsi Zero Waste (Dari Pengalaman Saya dan Terbentuklah Sustaination)