Masa Pemilu (Banyaknya Informasi yang Tidak Kredibilitas)

Sejak memasuki masa pemilu, kita banyak mendengar tentang hoaks. Baik itu himbauan agar kita lebih cermat mencerna informasi atau waspada agar tidak termakan hoaks, atau hoaks itu sendiri yang banyak bertebaran dimana-mana.

Padahal jauh sebelum hoaks politik, kita sudah sering disuguhi hoaks kesehatan yang menyesatkan bahkan membahayakan jiwa.

Mungkin Anda pernah membaca atau mendapat salah satu kiriman hoaks dari “Whatsapp (WA) Grup sebelah” seperti:

  • Menyelamatkan penderita stroke dengan menusuk tangan dengan jarum.
  • Makan sayap atau ceker bisa menyebabkan kanker.
  • Hingga ramuan yang diklaim bisa menyembuhkan berbagai penyakit berat.

Penelitian Oleh Poynter Institute

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Poynter Institute mengungkapkan bahwa hoaks berita kesehatan tidak hanya mengancam negara-negara tertentu seperti Indonesia, tapi sudah menjadi fenomena global.

  • Air laut yang dapat menyembuhkan Ebola adalah salah satu hoaks yang cukup viral dan dipercaya di kawasan Afrika.

Poynter bekerja sama dengan Facebook untuk mengatasi peredaran berita bohong tentang kesehatan.

Kerja sama ini didasari penelitian bahwa kelompok anti vaksin dan produsen hoaks kesehatan lainnya menggunakan Facebook sebagai sarana penyebaran berita bohong.

Selain melalui Facebook, berita-berita tersebut beredar melalui aplikasi percakapan seperti WhatsApp dan Line.

Alasan Masyarakat Menyebarkan Informasi tentang Kesehatan

Orang-orang cenderung menyebarkan berita-berita tentang kesehatan dengan alasan agar menjadi perhatian bagi teman atau anggota keluarga atau didorong kepedulian (Anda tentu pernah kedapatan hoaks kesehatan yang ditutup dengan pesan “sharing is caring”).

Rasa ingin berbagi inilah yang membuat orang-orang menyebarkan berita-berita kesehatan tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Ketika berita tersebut terbukti salah, maka berita tersebut sudah tersebar luas dan sulit untuk melacaknya.

Maksud hati ingin agar orang lain hidup sehat, yang ada kita malah menyebarkan kecemasan.

Cara yang Paling Mudah Dilakukan

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar tidak menyebarkan artikel kesehatan yang belum terbukti kebenarannya.

Cara yang paling utama adalah menahan diri untuk tidak langsung menyebarkan sesuatu yang belum kita periksa kebenarannya, sebombastis apa pun berita yang kita terima.

Jika menerima berita dalam bentuk situs, kita bisa meluangkan waktu untuk memeriksa situsnya.

  • Apakah ada biodata penulisnya?
  • Apakah situs tersebut menyertakan siapa saja yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya?

1. Jika ternyata semuanya meragukan, maka sebaiknya artikel tersebut berhenti saja di ponsel Anda.

2. Jika yang didapat adalah sebuah salinan artikel, maka periksalah dulu di mesin pencari. Biasanya akan muncul situs-situs yang memuat artikel tersebut. Nah, dari situ bisa dilihat apakah situs-situsnya terpercaya atau tidak.

Masih belum yakin juga?

Bertanya pada dokter atau terapis kesehatan yang kita percaya bisa dijadikan jalan keluar.

Jawaban mereka pun bisa dijadikan acuan jika ada rekan atau keluarga yang menyebarkan berita serupa tanpa dicek terlebih dahulu.

Kalau berhubungan dengan artikel kesehatan yang meragukan, tidak masalah untuk menunggu lebih lama untuk kebaikan bersama.

  • “Saring sebelum sharing” rasanya himbauan yang bijak.

Jangan sampai karena buru-buru ingin sharing kita malu karena dianggap kurang pengetahuan atau lebih parah, yaitu sebagai penyebar hoaks.