Dalam sebuah interview dengan Vanity Fair, aktris Angelina Jolie, 42, mengungkapkan bahwa ia didiagnosa menderita Bell’s Palsy, sebuah gangguan saraf yang memicu kelumpuhan otot wajah.

Gejalanya mirip dengan stroke, penderitanya sulit melakukan beberapa gerakan seperti tersenyum atau mengangkat alis.

Bell’s Palsy dipicu oleh infeksi, dan banyak dikaitkan dengan paparan pendingin ruangan (AC) yang terus menerus menyorot pada satu sisi wajah.

Faktanya, hampir 40.000 orang mengalami Bell’s Palsy setiap tahunnya, berdasarkan data dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke.

Bell’s Palsy dapat dialami oleh semua orang dalam semua usia, tetapi umumnya menyerang mereka yang berusia 15 sampai 40 tahun.

Penyanyi Carnie Wilson dan aktor George Clooney, serta Pierce Brosnan pernah mengalami kondisi ini. Di Indonesia, aktor Rano Karno pernah diberitakan mengalami hal ini. 

Kelainan kesehatan ini menyebabkan terganggunya penyampaian pesan dari otak ke otot wajah seseorang.

Kondisi ini dapat memicu terjadinya paralisis atau melemahnya area tersebut, yang bisa membuat seseorang tidak bisa menutup matanya atau berhenti tersenyum.

Bell’s Palsy biasanya terjadi pada satu sisi wajah, tetapi pada beberapa kasus, kondisi ini juga terjadi pada seluruh bagian wajah.

Dokter belum mengetahui dengan pasti penyebab dari kelainan ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa kondisi ini disebabkan karena adanya infeksi viral, tetapi belum ada data pasti yang mendukung hipotesis ini.

Pada banyak kasus, kondisi ini hanya berlangsung sementara saja. Gejala dari kondisi ini dapat terjadi dan terus bertambah dari beberapa minggu ke beberapa bulan.

Meskipun begitu, menurut Mayo Clinic, gejala ini jarang kambuh dan mempengaruhi seseorang seumur hidupnya.

Katie Holmes
Katie Holmes, salah satu aktris yang hidup dengan Bell’s Palsy dan terlihat di banyak fotonya. Meski begitu tetap kelihatan cantik saja ya  Foto:@katieholmes212

Angelina Jolie menceritakan tentang akupuntur yang berhasil memulihkan kondisinya saat itu.

Meskipun demikian, belum ada fakta medis yang menganjurkan terapi tertentu untuk menyembuhkan kondisi Bell’s Palsy, tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa proses dari terapi dapat bermanfaat bagi beberapa pasien.

Dr. Charles Kim, seorang akupunturis medis, sudah menggunakan teknik ini kepada beberapa pasiennya yang mengalmi Bell’s Palsy di New York University dan hasilnya, para pasien ini merasa bahwa akupuntur dapat menjadi pilihan solusi untuk gejala Bell’s Palsy.

Selain akupuntur, steroid dan obat antiviral lainnya juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala ini.

Gejala kelumpuhan wajah terkadang membuat Bell’s Palsy dianggap mirip dengan stroke atau masalah neurologis lainnya, meski begitu dua hal ini tidak sama. Pada stroke, kelumpuhan saraf wajah disertai dengan kelumpuhan tangan dan kaki di satu sisi.

Pada Bell’s palsy, hanya kelumpuhan otot wajah saja. “Tetapi gejala ini tidak mengancam jiwa”, Dr. Kim menegaskan, “Bell’s Palsy memang membutuhkan pemeriksaan secara medis, tetapi prognosisnya cukup bagus.“

Dari berbagai sumber.