Ada masanya ketika rumah lebih besar dianggap lebih baik. Kini pandangan itu mulai bergeser dengan semakin bertumbuhnya tiny house atau rumah mungil atau sering juga disebut rumah mikro di Amerika Serikat. Tiny house bukan hanya merujuk pada bentuk fisik rumah, tapi juga gerakan untuk menjalankan hidup lebih efisien dan merasa cukup dengan apa yang kita perlukan.

Tiny house memotong banyak hal, dari pembangunan, pemeliharaan rumah, juga energi yang dipakai sehari-hari. Selain menghemat, desain yang bagus dan penempatan yang cerdas membuat konsep hidup di rumah mungil makin menggoda.

Meskipun kecil, tiny house bukan soal kelas ekonomi. Bahkan multimiliarder Elon Musk dilaporkan juga tinggal di rumah mungil seluas 400 kaki seharga 50,000 dollar di Boca Chica, Texas, markas SpaceX.

Technavio, perusahaan riset dan penasihat teknologi global, memperkirakan pasar rumah mungil akan tumbuh sebesar $3,33 miliar pada tahun 2025, dengan sebagian besar pertumbuhan itu terjadi di Amerika Utara.

Apa itu Tiny House Movement?

Gerakan Rumah Kecil adalah gerakan arsitektur dan sosial yang mendorong orang untuk hidup lebih sederhana di ruang yang lebih kecil. Gerakan ini terdiri dari semua lapisan masyarakat yang memandang kalau rumah besar dan biaya hidup tinggi yang menyertainya, tidak perlu dan merugikan kebahagiaan mereka. Orang-orang ini beralih ke rumah mungil untuk memangkas beban finansial sekaligus beban emosional.

Di Amerika Serikat, sebagian besar orang yang terlibat dalam gerakan rumah mungil adalah DIY’ers (Do It Yourself) atau orang-orang yang ingin membangun rumah mereka sendiri. Namun ketika gerakan rumah mungil semakin populer di tahun 2000, banyak perusahaan mencoba memberikan layanan membangun rumah mungil. Salah satunya adalah Perusahaan Rumah Kecil Tumbleweed yang portofolionya menarik banyak perhatian.

Berapa Luas Rumah Mungil?

International Residential Code mendefinisikan rumah mungil sebagai tempat tinggal dengan luas 400 kaki persegi atau kurang, tidak termasuk loteng, atau sekitar 36 meter persegi (6×6 meter persegi). Di Indonesia, kita mengenalnya dengan rumah Tipe 36. Jika perlu gambaran lebih jelas, sebuah lapangan sepak bola bisa memuat sekitar 144 rumah mungil.

Baik itu seluas 36 meter persegi atau kurang, sebuah rumah mungil berisi semua kebutuhan dasar — ​​dapur, kamar mandi, dan ruang tamu — hanya dalam skala yang lebih kecil. Beberapa rumah mungil dibangun di atas fondasi, sementara yang lain berada di atas roda sehingga pemiliknya dapat berpindah-pindah lokasi dengan mudah. Ini juga salah satu hal yang membedakan konsep tiny house dengan rumah biasa, yaitu bukan hanya soal ukuran. Mereka yang memilih tinggal di tiny house berarti memilih cara hidup berbeda. Mereka ingin bisa berpindah lokasi hunian dengan mudah.

rumah kecil adalah segala sesuatu yang mendeklarasikan hidup Anda dan menyederhanakan apa yang Anda miliki ke titik di mana Anda tidak lagi melayani barang-barang Anda, dan barang-barang Anda tidak lagi mengendalikan Anda,” ungkap Brent Heavener, penulis buku Tiny House: Live Small , Dream Big, dan pencipta feed Instagram @tinyhouse, dalam sebuah wawancara dengan The New York Times.

Rumah Mungil, Jejak Karbon Lebih kecil

Faktor kunci yang mendorong popularitas rumah mungil adalah keinginan orang untuk memiliki hunian yang ramah lingkungan.

Rumah yang lebih kecil berarti jejak karbon yang lebih kecil. Banyak juga rumah mungil yang menambahkan toilet pengomposan dan menggunakan panel surya untuk mengurangi jejak karbon  Menurut American Institute of Architects, sebuah rumah mungil menghasilkan 2.000 pon emisi karbon dioksida setiap tahun, jauh lebih sedikit daripada 28.000 pound yang dihasilkan oleh rumah berukuran rata-rata di Amerika Serikat.

Hidup Minimalis 

Pandemi COVID-19, krisis keuangan dan pekerjaan, telah memicu minat tambahan pada tiny house. Masuk akal. Rumah yang lebih kecil, memerlukan biaya pembangunan yang lebih murah.

Penghematan biaya lainnya adalah tagihan listrik, karena kamu hanya perlu menerangi ruang kecil. Dan karena banyak rumah mungil dibangun untuk memaksimalkan penggunaan energi, biaya lainnya juga bisa lebih rendah dari yang kamu perkirakan, seperti internet, asuransi dan perawatan secara umum.

Selain meminimalisir sisi finansial, hidup di dalam rumah mungil juga memaksa penghuninya untuk mengadopsi hidup minimalis. Misalnya, kamu akan berpikir ulang untuk belanja sembrono, karena di rumah mungil, tidak ada banyak ruang untuk barang-barang. Tidak ada ruang untuk barang-barang gemes yang sebenarnya tidak kamu perlukan.

Rumah Mikro
Efisiensi ruang, finansial, dan energi
rumah hemat energi
Foto: exploratoryglory.com
rumah mungil
Foto: journalapsmeters.com

Bisakah Hidup Menjadi Baik di Rumah Mungil?

Rumah mungil bukan berarti gaya hidup mungil. Faktanya, tinggal di ruang yang diatur dengan cerdik bisa membuat hidup lebih teroganisir, lebih hemat uang, lebih hemat waktu (semakin kecil ruang, semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk membersihkannya), lebih hijau, dan pengalaman lebih intim diantara sesama penghuninya.

Meski begitu dengan segala kelebihannya, rumah mungil memang bukan untuk semua orang. Mereka yang single atau pasangan tanpa anak lebih cocok tinggal di rumah mungil dibanding pasangan dengan anak yang memiliki keluarga besar yang sering berkunjung misalnya. Mereka yang hobi bermain alat musik seperti piano atau drum juga mungkin memerlukan ruang yang lebih besar.

BACA JUGA: Layanan Sewa Pakaian Tidak Sehijau Yang Kamu Pikirkan