Kita sudah bolak balik mendengarnya. Krisis iklim adalah ancaman terbesar yang dihadapi umat manusia. Dampaknya menyentuh setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari makanan, pekerjaan, pendidikan, hingga ke kesehatan global.

Tapi tetap saja masih banyak orang yang berpikir kalau perubahan iklim adalah isu yang ada nun jauh di sana, yang berdampak hanya pada para beruang di kutub utara. Kalau kamu adalah salah satu dari orang-orang itu (semoga tidak), mungkin kamu belum tahu kalau pengaruh perubahan iklim sebenarnya lebih dekat daripada yang kamu kira, yaitu sedekat kehidupan cinta kamu!

Sebelum kamu mulai cemas, ketahuilah bahwa dasar-dasar berkencan dan menikah sebagian besar sama saja, terlepas kita menghadapi cuaca ekstrim atau tidak, salah satunya ya harus suka sama suka.

Namun di luar hal-hal mendasar seperti itu, para ahli mengamati adanya perubahan drastis yang terjadi seputar kehidupan asmara yang diakibatkan oleh perubahan iklim.

Beberapa perubahan halus di bawah ini, sadar atau tidak, mungkin sudah kamu alami. Disimak, ya!

1. Cuaca ekstrim dapat menurunkan gairah seks dan mengancam kesehatan reproduksi

Akibat pemanasan global kita makin sering mendengar atau bahkan sudah pernah mengalami bencana seperti angin topan, banjir, atau kebakaran hutan. Selain semakin sering, tingkat keparahannya juga semakin tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD), kecemasan dan depresi. Jenis emosi negatif ini bisa menyebabkan penurunan gairah seks, kata Katherine M. Hertlein PhD, profesor di Couple and Family Therapy Program di University of Nevada, Las Vegas.

Lalu ada heatwave atau panas yang ekstrim. Hari yang panas dan lembap bisa membuat kita lesu karena tubuh kita terus berusaha untuk menjaga suhu tetap dingin. Kelelahan ini pun dapat mempengaruhi gairah seks.

Sebuah studi menemukan bahwa pada hari-hari ketika suhu ada di atas 26 derajat celcius jumlah kelahiran menurun secara signifikan delapan sampai sepuluh bulan kemudian. Rata-rata, hari-hari yang panas dihubungkan dengan penurunan angka kelahiran sembilan bulan kemudian sebesar 0,4 persen, atau sekitar 1.100 kelahiran.

Studi ini menemukan bahwa suasana panas terik bukan hanya bisa bikin mood jadi jelek, tapi juga berpengaruh pada kesuburan. Penelitian lain menunjukkan bahwa panas dapat mengubah fase luteal dan ovulasi dari siklus menstruasi serta mengurangi motilitas sperma, yang mengakibatkan hamil secara alami jadi lebih sulit.

2. Sadar Lingkungan bisa bikin kamu lebih menarik 

Aplikasi kencan seperti Tinder dan OkCupid melaporkan bahwa selama beberapa tahun terakhir makin banyak penggunanya yang menyelipkan kosa kata lingkungan ke dalam profil mereka. Tercatat ada lonjakan sebesar 240 persen dalam penyebutan istilah perubahan iklim dan lingkungan di profil OkCupid dari 2018 hingga 2020.

Pada 2019, Tinder mengungkapkan bahwa “perubahan iklim” dan “lingkungan” ada di barisan teratas pada daftar minat para pengguna Gen Z saat menyaring siapa yang akan mereka kencani.

Selain itu, melakukan atau mendukung gaya hidup ramah lingkungan, seperti daur ulang, berpotensi meningkatkan nilai tambah seseorang. Para peneliti menemukan bahwa orang-orang termotivasi untuk mengadopsi gaya hidup peduli lingkungan agar tampak lebih punya kesadaran sosial di hadapan orang lain.

Studi ini mengatakan kalau hal ini bukan berarti mereka yang menganut nilai-nilai sosial atau politik tertentu jadi tampak lebih menarik, tapi orang mengasosiasikan perilaku peduli lingkungan dengan hal postif seperti altruisme, yang merupakan karakteristik yang diidamkankan ketika orang mencari jodoh.

3. Pandangan yang bertentangan soal perubahan iklim bisa menyebabkan gesekan dengan pasangan kamu – tetapi tidak selalu harus begitu.

Seperti halnya perbedaan pandangan politik dapat menyumbang konflik dalam sebuah hubungan, di level tertentu, beda keyakinan soal perubahan iklim juga bisa bikin pasangan berantem. Ini karena keyakinan yang berbeda tentang perubahan iklim membuat orang melihat masa depan dengan berbeda pula, sehingga sulit untuk memiliki visi yang sama untuk masa depan yang ingin dibangun bersama.

Sistem kepercayaan dapat memengaruhi cara kita memandang dan menjalani hidup, demikian pula pandangan tentang masalah lingkungan dapat memengaruhi berbagai pilihan hidup, seperti jenis mobil yang ingin kita beli, peralatan rumah, jumlah anak, hingga cara membesarkan anak. Misalnya, orang dewasa yang saat ini berusia di bawah 45 tahun, yaitu Milenial dan Gen Z, menjadi generasi pertama yang secara serius mempertimbangkan untuk memiliki lebih sedikit atau tidak ada anak karena kaitannya dengan kekhawatiran mereka tentang perubahan iklim.

Namun, beda pandangan tentang krisis iklim tentu tidak berarti suatu hubungan pasti akan gagal. Banyak pasangan yang berbeda agama pun bisa hidup berdampingan dengan bahagia.

Kesimpulan utamanya menurut Hertlein, pasangan yang merasa terhubung secara intelektual dan emosional lebih mungkin memiliki hubungan seks (dan hubungan secara keseluruhan) yang lebih memuaskan dengan pasangan mereka daripada yang tidak.

Masuk akal!

BACA: The Last Tourist& Film Yang Bakal Bikin Kamu Memaknai Perjalanan Secara Berbeda