Sudah banyak studi yang melaporkan tentang kandungan sabun pencuci baju yang umumnya menggunakan bahan-bahan yang berbahaya untuk kesehatan seperti SLS, NPE, Phosphate, dan sederet nama kimia lainnya yang sulit diingat.

Anda bisa menemukan banyak sekali tentang hal ini di internet, nama bahannya dan kenapa mereka berbahaya. Namun kita ingin membahas beberapa yang paling umum di bawah ini:

Sodium Lauryl Sulfate (SLS) / Sodium Laureth Sulfate (SLES)

Kandungan ini umum sekali ditemukan pada produk pembersih, seperti sabun mandi, sabun cuci piring, shampo, deterjen.

Fungsinya sebagai surfactant / pembersih yang memang bisa membersihkan kotoran, selain itu dia juga menciptakan busa.

Lebih dari 16,000 studi menemukan hubungan antara SLS dengan iritasi mata dan kulit, gangguan organ reproduksi, pertumbuhan hingga kanker.

  • Adakah surfaktan yang lebih baik?

Ada, tapi harganya lebih mahal, yang akhirnya akan membuat harga jual produk juga jadi lebih mahal.

Inilah yang dilakukan  produsen sabun/shampoo alami yang menggantinya dengan pembersih yang berasal dari tanaman.

1,4 Dioxane, disebut juga Dioxane atau Diethylene Oxide

Bahan ini adalah produk sampingan ethoxylation, kandungan berharga murah yang bisa menghasilkan deterjen yang lebih lembut.

Kandungan ini tidak ditambahkan secara sengaja, namun umum ditemukan dalam formula deterjen. The National Institute of Health (NIH) mengklasifikasikan dioxane sebagai Class B possible carcinogen.

Jika Anda menggunakan deterjen yang terkontaminasi dengan dioxane, dia akan mengalir ke banyak tempat.

Filter air tidak akan menghancurkannya dan dia pun tidak dapat terurai. Untuk menghindari 1,4 dioxane, Organic Consumers Association (OCA) menyarankan untuk menghindari produk yang ada kandungan di bawah ini:

  • Myreth, oleth, laureth, ceteareth, dan bahan lain yang berakhiran “eth”
  • PEG
  • Polyethylene, polyethylene glycol, or polyoxyethylene
  • Oxynol
  • Sodium laureth/laurel sulfate

Selain berdampak buruk untuk kesehatan, bahan-bahan ini juga tidak baik untuk lingkungan. Salah satunya, Anda mungkin ingat beberapa bulan silam media mengangkat berita soal lautan busa di pintu Air Marunda, Jakarta. 

Seperti dikutip dari Tempo.co, Peneliti dan pendidik Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan selama ini masyarakat memahami bahwa detergen yang baik adalah yang menghasilkan banyak busa.

Semakin banyak busa yang dihasilkan detergen, diyakini semakin tinggi pula daya bersihnya. “Detergen yang masuk kategori hard itu, setelah dipakai, pasti masih menyisakan residual,” kata Firdaus, Senin, 26 Maret 2018.

Clara Napitupulu deterjen alami
 

Kebiasaan Masyarakat Indonesia Membeli Deterjan Setiap Bulan

Meski begitu, banyak dari kita sudah terbiasa untuk membeli deterjen tanpa berpikir dua kali, karena deterjen adalah produk wajib dalam daftar belanja bulanan kita.

Membuat deterjen sendiri pun sepertinya bukan sebuah pilihan karena beragam alasan, dari kelihatannya rumit membuat deterjen sendiri, tidak pernah terpikir, atau sesimpel, lebih mudah beli yang sudah jadi.

Banyak pula yang mengandalkan janji-janji marketing dari para produsen deterjen, seperti efektif membunuh kuman, menjaga warna pakaian, dan masih banyak yang lain.

Faktor  lain yang mungkin dapat mendorong kita untuk berpikir lagi tentang penggunaan deterjen komersil adalah soal kejujuran produsen.

Hal ini disinggung oleh Clara Simanjuntak, pemilik Nyananyana, label pakaian ramah lingkungan yang menggunakan pewarna alam untuk produknya.

Ibu dari seorang anak ini mengatakan sudah tiga tahun tidak pernah membeli deterjen komersil. Ia selalu membuat sendiri deterjen alami untuk keluarganya.

deterjen-pelembut
Sebuah merk deterjen hanya mencantumkan satu bahan aktif. Apa saja bahan-bahan lainnya?

“Ada beberapa merek deterjen yang hanya mencantumkan satu bahan di kemasannya. Itu seharusnya menjadi pertanyaan, kenapa yang ditulis hanya satu bahan saja? sehingga kita tidak tahu apakah bahan-bahan lain yang dia pakai bisa berbahaya untuk kesehatan,”ungkap Clara.

Hal ini dilakukan oleh sebuah brand deterjen yang sangat populer di Indonesia. Pada bagian komposisinya, kami melihat yang dicantumkan adalah:

“Bahan Aktif (23%) sodium alkylbenzene sulfonate”, sementara 77% bahan lainnya tidak dijelaskan.

Nah, maka itu mengapa kita tidak mencoba membuat sendiri deterjen yang lebih aman untuk keluarga dan lingkungan? Paprika Living mengundang Clara Simanjuntak untuk membuatnya.

BACA JUGA: Hanya Perlu 3 Bahan, Ini Cara Membuat Deterjen Laundry Sendiri