Belanja barang bekas, pre-loved, atau second hand, dulu dipandang sebelah mata karena banyak alasan. Entah itu mencitrakan pembelinya “kayak orang susah”, tidak higienis, atau konotasi kalau barang baru selalu lebih bagus.

Terima kasih kepada Gen Z, perspektif baru mereka telah menggeser paradigma lama tentang baju bekas. Kini second hand menjadi tren yang menyenangkan dan gaya hidup yang mendukung keberlanjutan. Dibanding generasi-generasi sebelumnya, Gen Z memiliki kepedulian yang lebih tinggi soal isu sosial dan lingkungan, karakter ini membuat Gen Z berperan dalam menyebarkan gaya konsumsi yang lebih bijak dan tidak berhambur-hamburan.

Second hand adalah salah satu cara berbelanja yang berkelanjutan karena menghilangkan polusi produksi hingga menciptakan ekonomi sirkular.

Berdasarkan Laporan Penjualan Kembali thredUP tahun 2021, pasar barang bekas diperkirakan akan berlipat ganda dalam lima tahun—mencapai $77 miliar! Di Amerika Serikat, sekitar 76% dari 33 juta pembeli yang baru mencoba second hand shopping mengatakan akan kembali melakukannya, sehingga diperkirakan antusiame konsumen second hand shop akan meningkat dalam lima tahun ke depan.

Ini masuk akal karena sekarang toko-toko barang bekas pun sudah membuka toko online sehingga pembeli lebih mudah lagi untuk mendapatkan barang second.

Organisasi thredUP bukan satu-satunya yang memprediksi ledakan mode bekas. Menurut laporan dari GlobalData, pasar penjualan kembali telah meningkat sebesar 53,3% dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2030, konsumen Amerika diperkirakan menghabiskan sekitar $353,9 miliar untuk barang bekas.

Toko barang bekas tidak terbatas pada usaha yang dilakukan pengusaha individual, bahkan brand-brand fashion mulai menjadi pemainnya seperti ASOS, Urban Outfitters, dan Nordstrom. Tren ini juga dilakukan pemain industri non-fashion seperti Ikea, Ford, dan Disney yang telah meluncurkan lini untuk mempromosikan ekonomi sirkular.

Industri mode bekas masih terus berkembang—sedemikian rupa sehingga mungkin memiliki kekuatan untuk menendang fast fashion keluar dari permainan. Menurut laporan thredUP, pasar penjualan kembali diprediksi akan tumbuh 11 kali lebih cepat daripada pakaian eceran dalam lima tahun ke depan.

Ini kabar baik untuk kita semua, kita tidak hanya menyaksikan pergeseran dalam mode, tetapi juga melihat manfaat lingkungan yang besar karena mindset yang lebih bijak dalam mengonsumsi. Fashion bekas mempromosikan ekonomi sirkular. Hal ini akan membantu menutup kebutuhan akan bahan yang tidak berkelanjutan seperti serat sintetis dan bahan kimia beracun yang menyebabkan polusi udara dan air.

Sebenarnya bukan baju second saja yang patut dilirik ketika kita ingin berbelanja, tapi juga barang-barang lain seperti piring, buku atau furnitur seperti bangku dan meja. Jika dalam kondisi yang baik, barang-barang ini bahkan bisa lebih berkesan dibanding barang baru karena karakter yang dimilikinya. Untuk furniture, banyak produk second antik memakai material yang kualitasnya lebih baik seperti kayu, bukan padatan serbuk kayu yang banyak ditemukan di produk masa kini. Dengan kualitas material yang sama, harga barang baru yang dijual sekarang tidaklah sama. Maka dalam beberapa kasus, belanja second hand memberikan nilai yang lebih baik dibanding produk baru.

Nah, bisakah tren baju bekas atau barang bekas pada umumnya menjadi gambaran di masa depan? Bahwa barang bekas yang layak dipakai tidak perlu dipandang tabu? Pilihan yang kita lakukan dengan uang kitalah yang akan menjawabnya!

 

BACA JUGA: Layanan Sewa Pakaian Tidak Sehijau Yang Kamu Pikirkan