Sabtu pagi lalu sebuah pasar dadakan digelar di Jalan Langsat, Kebayoran, tepatnya di Warung Kebunku.

Di halamannya, sekitar 12 artisan menyajikan produknya masing-masing:

  1. Tanaman,
  2. Kopi,
  3. Kue,
  4. Roti,
  5. Beras,
  6. Tempe,
  7. Kombucha
  8. Hingga sayur segar.

Dua belas artisan yang ada di situ adalah hasil kurasi Nectaria Ayu, pemilik Warung Kebunku, toko dan rumah makan sehat organik.

Semua produk di pasar ini memiliki kesamaan yaitu produk lokal yang berkualitas dan aman untuk kesehatan.

Selain bisa berbelanja dan menyantap makanan organik, di Pasar Langsat para pengunjung juga bisa mengikuti berbagai kegiatan, antara lain mendengarkan bincang-bincang tentang “Mengapa Hutan Penting Bagi Kita?” yang diadakan oleh Hutan itu Indonesia (@hutanituindonesia) atau bermain Ecofunopoly untuk anak-anak.

Apa itu Ecofunopoly?

Ecofunopoly adalah permainan edukatif yang mengajarkan anak-anak tentang tentang “sampah”.

Dalam permainan ini, anak-anak diajak bergerak aktif, melompat, melempar dadu, sambil belajar mengenali jenis-jenis sampah, konsep zero waste dan lainnya.

Pasar Langsat Jakarta
Pasar Langsat Jakarta
Pasar Langsat Artisan Jakarta
Pasar Langsat Artisan Jakarta
Kegiatan Pasar Langsat Artisan Jakarta
Kegiatan Pasar Langsat Artisan Jakarta

Berhubungan dengan sampah, di Pasar Langsat juga hadir Waste4Change, perusahaan social yang bergerak dalam bidang manajemen sampah.

Para pengunjung yang ingin membuang sampahnya dengan cara yang lebih “bertanggungjawab”, bisa menyerahkannya kepada Waste for Change untuk daur ulang.

Sampah Daur Ulang Waste4Change
Sampah Daur Ulang Waste4Change

Yang tak kalah menarik dari Pasar ini adalah workshop “Membuat Tempe Sendiri” yang diadakan majalah Paprika Living.

Di kelas ini, para peserta belajar langsung cara membuat Tempe dari Agus Priyanto, artisan yang telah menekuni Tempe Probiotik selama 6 tahun terakhir.

Selain cara pembuatan Tempe, kelas ini juga padat akan sesi tanya jawab dari para peserta yang amat antusias.

Topiknya bergulir mulai dari penggunaan ragi, perbedaaan kedelai lokal dan impor, makan tempe “mentah”, asam urat, hingga isu kacang kedele GMO vs Non GMO (Genetically Modified Organism/Rekayasa Hasil Genetik).

BACA JUGA: Makan Tempe “Mentah” Baik Untuk Otak Kedua

Agus Tempe Probiotik
Kelas Tempe Oleh Agus Priyanto

Meski menjual Tempe, Agus amat mendorong orang untuk belajar membuat Tempe sendiri.

“Bagusnya kalau kita bikin tempe sendiri, kita bisa memilih sendiri bahan-bahannya sesuai standar kita, bisa kita bikin lebih sehat.

Kita tahu bahan-bahannya, kita tahu proses pembuatannya. Tempe itu mudah dibuatnya, asal ada kemauan,” kata Pak Agus.

Pasar Langsat, begitu sebutannya, rencananya akan diadakan secara regular satu kali setiap bulan, dari pagi hingga siang hari.

Meski tergolong kecil, pasar ini ramai disambangi pengunjung, terutama para peminat produk-produk sehat yang kerap kesulitan menemukan produk-produk tersebut di tempat belanja konvensional.

“Harapan saya supaya semakin banyak muncul pasar pasar artisan yang menyajikan bahan pangan lokal yang berkualitas, sehingga menjadi pilihan utama yang bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat,” ungkap Ayu.