Traveling memberi kita kesempatan untuk menemukan tempat-tempat baru, mengalami budaya yang berbeda, belajar keajaiban dunia dan alam. Berbagai studi juga mengungkapkan kalau bepergian berdampak baik dari sisi fisik maupun mental.

Sementara pariwisata dapat menjadi hal yang positif bagi beberapa orang, hal ini tidak selalu bermanfaat bagi lingkungan atau penduduk setempat. Amat disayangkan, kini banyak tempat terindah di dunia dirusak oleh terlalu banyak pengunjung.

Berikut adalah 12 tempat di seluruh dunia yang terancam oleh pariwisata. Adakah yang masuk ke bucket list kamu?

1. Machu Picchu

Bertengger tinggi di Pegunungan Andes Peru, reruntuhan Inca ini tetap tidak dikenal oleh orang luar sampai tahun 1911 ketika arkeolog dan penjelajah Hiram Bingham dibawa ke sana oleh penduduk lokal Quechuas. Sejak itu, ratusan ribu turis berbondong-bondong ke Machu Picchu setiap tahunnya hingga mengancam ketahanan situs kuno itu.

Situs arkeologi termasyur itu memang amat menarik untuk dikunjungi, sampai-sampai UNESCO badan kebudayaan PBB mengancam untuk memasukkannya ke daftar situs yang terancam untuk melindungi Machu Picchu dari kerusakan. Hal ini membuat pemerintah Peru menerapkan sistem kuota untuk membatasi jumlah pengunjung dalam sehari dan pengunjung hanya boleh di sana selama 4 jam saja. Pada Januari 2020 juga pemerintah setempat mendeportasi beberapa turis yang tertangkap menyelinap ke bawah tanah sehingga menyebabkan kerusakan pada dinding batu Kuil Matahari.

2. Teotihuacan

 

View this post on Instagram

 

A post shared by ShootersMx (@shootersmx_)

Dibangun antara abad pertama dan ketujuh Masehi, Teotihuacan adalah kota pra-Hispanik, sebuah peninggalan spektakuler peradaban Mesoamerika yang terletak tepat di timur laut Mexico City. Kota kuno dengan bangunan luar biasa ditemukan di sana, seperti Piramida Matahari dan Bulan dan Kuil Ular Berbulu, berada di bawah ancaman pembangunan kota yang makin mendekati lokasi.

3. Angkor Wat

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Jeanne. 🧿 (@paris.voguing)

Taman Arkeologi Angkor yang besar di Kamboja berisi sisa-sisa Kekaisaran Khmer, termasuk kuil Angkor Wat yang ikonik. Sayangnya, situs ini telah terancam sejak dibuka untuk pariwisata pada 1990-an. Salah satu masalah utama adalah besarnya kunjungan wisatawan yang mengakibatkan tekanan besar pada pasokan air lokal. Karena kekurangan air, maka air tanah disedot sebagai solusinya. Penyedotan ini berlangsung terus sehingga tabel air di daerah tersebut telah turun ke tingkat yang berbahaya. Lama kelamaan, tanah tempat kuil-kuil kuno ini berdiri akan tenggelam.

 4. Stonehenge

 

View this post on Instagram

 

A post shared by punkufer.hr (@punkuferhr)

Stonehenge adalah susunan batu Neolitikum yang terkenal yang terletak di Inggris selatan. Lokasi ini didatangi lebih dari satu juta pengunjung per tahun. Monumen yang diperkirakan berusia 5.000 tahun ini terletak di tengah perbukitan pedesaan yang tenang. Namun tak jauh sebelum lokasi adalah jalan raya dua jalur yang bising dan sering macet.

Untuk mengatasi hal ini pada tahun 2020 pemerintah telah setuju untuk mengganti bagian jalan bermasalah ini dengan terowongan yang akan mengangkut penumpang lewat bawah tanah. Banyak arkeolog, serta komite warisan dunia UNESCO,  telah menyatakan keprihatinan serius bahwa konstruksi terowongan malah akan menghancurkan jutaan artefak yang belum ditemukan di dalam tanah.

 5. Gunung Everest

Gunung Everest yang ada di perbatasan Nepal dan Cina pertama kali dicapai pada tahun 1953 oleh Edmund Hillary dan Tenzing Norgay. Sejak itu, makin banyak para pencari petualangan yang mencapai puncak gunung dan lebih banyak ke base camp (500 per hari pada musim liburan).

Akibatnya, Gunung Everest dipenuhi sampah dan jalan setapaknya mulai terkikis. Pada tahun 2019, tercatat 10 ton  sampah telah diangkut keluar dari situs berupa botol oksigen kosong, baterai, botol plastik, bungkus makanan sampai kotoran manusia. Sampahnya mungkin sudah keluar, tapi masalah utamanya belum.

 6. Kawah Ngorongoro

Kawah Ngorongoro di Republik Persatuan Tanzania adalah salah satu kekayaan alam terbesar di Afrika. Dikenal sebagai kaldera atau kawah gunung berapi terbesar di dunia, Kawah Ngorongoro adalah rumah bagi berbagai spesies yang terancam punah, seperti badak hitam, dan para arkeolog telah menemukan banyak hal tentang evolusi manusia dari peninggalan yang ditemukan di bawah tanahnya. Sayangnya, peningkatan kunjungan wisatawan ke kawah ini berdampak kurang baik. Pembangunan jalan dan tempat penginapan untuk mendukung pariwisata malah menimbulkan ancaman bagi keadaan alami kawah dan satwa liar yang hidup di dalamnya.

7. Venesia

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Tarek Amer (@tarek.z.amer)

Venesia, Italia—kota kuno romantis yang dibangun di atas air—adalah rumah bagi beberapa arsitektur dan budaya paling berpengaruh di seluruh dunia, tetapi banyaknya pengunjung yang bepergian ke sana mengancam kelangsungan hidupnya.

Tercatat hanya sekitar 50.000 orang yang tinggal di kota bersejarah Venesia pada tahun 2021, sementara wisatawan yang memenuhi bangunan dan kanalnya mencapai 30 juta orang setiap tahun.  Jumlah penduduk versus turis yang tidak proporsional ini telah menyebabkan banyak orang Venesia mengungsi dari rumah mereka demi kepentingan komersial, yang, terlepas dari dampak pribadi manusia, secara mendasar telah mengubah budaya asli tempat itu.

 8. Kepulauan Galapagos

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Galápagos Islands (@galapagosisland)

Sebanyak 21 pulau di Galapagos, yang dipopulerkan oleh Charles Darwin lewat studinya tentang spesies endemik di sana, memang amat menarik untuk disambangi. Hewan-hewan menggemaskan yang tinggal di alam bebas yang indah pastilah amat mengagumkan untuk dilihat dan dijadikan kenangan.

Tak heran jika Galapagos kini berada di bawah ancaman overtourism. Kapal pesiar besar tiap tahunnya mengangkut lebih dari 150.000 wisatawan untuk mengunjungi ke pulau-pulau itu dan mereka sering mencemari air laut dengan oli mesin.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Galápagos Islands (@galapagosisland)

Bangunan tinggi, hotel, dan restoran telah dibangun di Puerto Ayora, kota terpadat di pulau itu, untuk mendukung industri pariwisata yang berorientasi ekonomi. Untuk mengatasi ini, dibuatlah salah satu rencana konservasi seperti hanya mengizinkan kapal pesiar kecil masuk ke pelabuhan. Rencana lainnya adalah menggandakan biaya kunjungan ke Taman Nasional Galapagos.

9. Antartika

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Antartica (@antarctica_beautiful)

Meskipun Antartika adalah benua yang paling jarang dikunjungi di dunia, ekosistemnya yang rapuh membuat pariwisata di sana semakin berdampak. Setiap musim panas Australia (November hingga Februari), puluhan ribu pengunjung berduyun-duyun ke pantai esnya dengan kapal pesiar besar.

Wisatawan yang ingin mendapatkan hasil maksimal dari pengalaman mereka sering mengunjungi pemandangan paling dramatis dengan kepadatan kehidupan hewan yang tinggi. Beberapa spesies penguin, seperti penguin Adélie, menjadi takut dengan kerumunan orang banyak dan terpaksa bermigrasi jauh dari sarang pilihan mereka.

 10. Masai Mara

 

View this post on Instagram

 

A post shared by andBeyond (@andbeyondtravel)

Cagar alam Masai Mara seluas 580 mil persegi di Narok, Kenya dikenal di seluruh dunia karena populasi satwa liarnya yang luar biasa—mulai dari macan tutul dan singa hingga burung unta dan Anjing liar Afrika. Cagar alam ini juga terkenal karena Migrasi Besar yang terjadi di dalam perbatasannya dan mencakup jutaan rusa Thomson, rusa kutub biru, topi, zebra Grant, dan eland biasa.

Namun, peningkatan pariwisata ke Masai Mari secara dramatis berdampak pada tanah dan hewan yang hidup di dalamnya. Gerombolan jip yang dipenuhi turis di safari mengejutkan bahkan mengejar satwa liar melalui Serengeti hanya untuk melihat sekilas binatang. Tingginya minat wisatawan juga telah meningkatkan permintaan akan lebih banyak penginapan, yang menghadirkan serangkaian masalah tersendiri dengan jalan dan konstruksi yang mengganggu siklus kehidupan alam di cagar alam.

11. Kepulauan Phi Phi

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Phi Phi Islands (@_phiphiislands)

Pulau indah di Thailand ini sontak terkenal di seluruh dunia setelah film “The Beach” tahun 2000 yang dibintangi Leonardo di Caprio. Begitu indahnya, gelombang turis melonjak ke Phi Phi island yang disebut sebagai “Surga Dunia di Asia Tenggara”. Sayangnya, meningkatnya kunjungan turis diikuti dengan rusaknya ekosistem yang rapuh di sana.

Di tempat yang notabene populer karena kecantikan alamnya, wisatawan malah disuguhi puluhan hotel, deretan toko, restoran, dan klub malam hingar bingar. Maya Bay, tempat syuting “The Beach”, menerima 5.000 wisatawan per hari untuk berenang, snorkeling, dan berperahu. Namun, pada 2018, Maya Bay telah ditutup sepenuhnya untuk turis dalam upaya memperbaiki ekosistemnya yang rapuh.

 12. Tembok Besar Cina

Tembok Besar China kuno berisi bagian-bagian yang berasal dari 221 SM selama dinasti Qin, tetapi sekarang struktur bersejarah sepanjang 13.171 mil menghadapi ancaman luar biasa. Selain masalah kerusakan pada tembok yang disebabkan oleh badai, kurangnya dana renovasi juga menjadi bagian dari masalah, di samping tingginya jumlah pengunjung yang tinggi.

Area Pemandangan Tembok Besar Badaling dekat Beijing, bagian tembok yang paling populer, menerima 10 juta pengunjung pada tahun 2018 saja. Untuk memerangi peningkatan dramatis dalam pariwisata, jumlah pengunjung ke bagian Badaling telah dibatasi hingga 65.000 per hari, dan sebelum berkunjung, wisatawan wajib memesan tiket.

Semoga solusi dari masalah-masalah ini ditemukan ya sehingga tempat-tempat wisata ini tetap terjaga dan kita masih punya kesempatan untuk mengunjunginya!

Kalau mimin pengen banget ke Galapagos. Kalau kamu mau kemana?

BACA JUGA: Inilah Hotel di Indonesia Yang Mendapat Label Eco-Certified Dari Google