Indonesia memiliki 64,000 individu orang utan, sekitar 14,000 di wilayah Sumatera dan 50,000 di wilayah Kalimantan (sumber: Population Habitat Viability Assesment (PHVA) Orang Utan 2016). Sekitar 78% habitat orang utan Kalimantan ini hidup di luar kawasan konservasi. Kondisi ini membuat spesies orang utan Kalimantan dimasukkan ke dalam kategori kritis atau critically endangered, atau satu tingkat sebelum dinyatakan punah di alam oleh Badan Konservasi Alam Dunia (International Union for Conservation of Nature).

Misi menyelamatkan habitat orang utan sebenarnya tidak hanya ditujukan pada orang utan saja, namun juga satwa penting lain yang hidup di dalam hutan lindung. Hal ini tidak terlepas dari kehidupan alam dan satwa yang saling terkait satu sama lain,  khususnya peran penting orang utan dalam ekosistem rantai makanan, maka dari itu keberadannya dilindungi oleh undang-undang.

Dampak Buruk Jika Orang Utan Tinggal di Luar Habitatnya

Populasi orang utan yang tinggal di luar habitatnya akan membawa sederet dampak buruk bagi orang utan sendiri dan hutan.

Dampak bagi orang utan:

  • Termasuk diantaranya perubahan pola makan karena keterbatasan sumber pangan alami
  • Penurunan kualitas kesehatan yang berpengaruh pada kemampuan untuk berkembangbiak
  • Rentan mengalami konflik dengan manusia
  • Keterbatasan ruang gerak
  • Rendahnya tingkat kelangsungan hidup orang utan

Dampak bagi hutan:

  • Terjadinya empty forest phenomenon atau tidak adanya hewan di dalam hutan. Kondisi ini akan menyebabkan proses penyerbukan maupun penyebaran biji tidak berlangsung sempurna. Orang utan adalah spesies payung dan agen penebar benih yang paling efektif. Ketidakhadiran mereka dapat berujung pada putusnya rantai makanan dan pada gilirannya berdampak pada kelestarian hutan.
  • Hilangnya orang utan pada sebuah ekosistem hutan hujan tropis dapat mengakibatkan kepunahan jenis-jenis tumbuhan yang penyebarannya tergantung pada orang utan.

Kampanye #PELUKUNTUKORANGUTAN

Brand kosmetik asal Amerika Serikat, Khiel’s menyatakan dukungannya dengan menggelar #PelukUntukOrangUtan sebagai simbol kepedulian & dukungan terhadap upaya perlindungan habitat orang utan di Hutan Wehea dan sekitarnya.

Tagar ini tidak dapat diartikan secara harfiah karena memeluk fisik hewan yang dilindungi seperti orang utan secara langsung bukanlah praktik yang dianjurkan oleh organisasi konservasi manapun karena dapat membahayakan kesehatan hewan tersebut juga dapat berdampak buruk bagi manusia.

Masyarakat bisa ikut terlibat dalam kampanye ini melalui berbagai cara, antara lain mengikuti tantangan misi melalui Instagram @kiehlsid atau membeli Kiehl’s Ultra Facial Cream.

Setiap Gesture of Love yang diberikan Kiehl’s akan memberikan kontribusi sebesar Rp. 25,000 untuk melestarikan Hutan Lindung Wehea-Kelay, habitat orang utan Kalimantan. 

Kiehls-Midnight-Recovery-Concentrate-Pelukuntukorangutan
Produk Kiehl’s Midnight Recovery Concentrate untuk mendukung kelestarian Orang Utan. Foto: Kiehl’s

Daur Ulang dan Nonton Konser

Cara lainnya, para pengguna produk Kiehl’s bisa mendaur ulang kemasan bekas produk Kiehl’s di offline stores terdekat. Jumlah botol yang terkumpul nantinya akan dikontribusikan untuk kampanye #PelukUntukOrangUtan.

Jika kamu penyuka musik, kamu bisa berpartisipasi dalam kampanye #PelukUntukOrangUtan dengan cara menonton virtual concert yang tersedia di microsite. Jumlah penonton virtual konser akan dihitung sebagai kontribusi dalam upaya pelestarian habitat orang utan di Hutan Lindung Wehea-Kelay.

Dalam virtual concert ini akan ada penampilan dari Nadin Amizah dan Pradikta Wicaksono sebagai Kiehl’s Personality Partner #PelukUntukOrangUtan.

BACA JUGA: Karena Memelihara Hewan Bukan Hanya Lucu-lucuan